Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) Fermentasi Terhadap Performa Dan Lemak Abdominal Ayam
Broiler
M
Inggit Fauzi1, Urip
Santoso2,
Yosi Fenita2
Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan Raya W.R Supratman,
Kandang Limun, Bengkulu, 38371A
1)Mahasiswa
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
2)Dosen
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
ekstrak daun katuk yang difermentasi dengan tape katuk terhadap
performa dan lemak abdominal pada broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2016.
Berlokasi di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
yaitu P0 = 0 g/kg, P1 = 4,5 g/kg, P2 = 9
g/kg, P3 = 13,5 g/kg, 18 g/kg pakan dan 4 ulangan menggunakan ekstrak daun
katuk fermentasi. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, berat badan,
pertambahan berat badan, konversi pakan, dan lemak abdominal. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk fermentasi berpengaruh
tidak nyata (P >0,05) terhadap konsumsi ransum, berat badan, pertambahan
berat badan, konversi ransum, dan lemak abdominal. Penurunan lemak abdominal
pada P1, P2, P3 dan P4 masing-masing yaitu 23,7%, 21,7%, 31,8% dan 31,8%. Rataan
konsumsi ransum kumulatif P0, P1, P2, P3, dan P4 yaitu 2580 gram, 2567 gram, 2487 gram,
2698 gram, dan 2557 gram. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi
dapat menggantikan feed additive komersial.
Kata kunci : performans,
lemak abdominal, ekstrak daun katuk fermentasi, ayam broiler
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan antibiotika sebagai
pemacu pertumbuhan telah banyak dilarang dikarenakan menimbulkan dampak
negatif. Antibiotika yang terakumudasi dalam produk ternak dapat mengganggu
kesehatan konsumen. Untuk itu, menggantikan antibiotika dengan bahan pakan alami
yang lebih aman adalah sangat penting. Daun katuk mengandung senyawa yang
bersifat antibakteri (Santoso, 2014), sehingga daun katuk berpotensi sebagai
pengganti antibiotika.
Hasil
penelitian Santoso dan Sartini (2001), menunjukkan bahwa suplementasi tepung
daun katuk menurunkan deposisi lemak diatas 30% pada ayam broiler. Namun
demikian, suplementasi tepung daun katuk
menurunkan berat badan ayam broiler. Penurunan berat badan akan menurunkan
keuntungan yang diperoleh peternak, karena saat ini harga broiler masih
didasarkan kepada berat badan daripada mutunya.
Untuk mengatasi problema tersebut,
maka tepung daun katuk dapat difermentasi. Fermentasi bahan pakan akan
memperbaiki nilai gizi dan kecernaan zat gizi serta menurunkan zat anti
nutrisi, kadar protein dan protein terlarut serta memecah protein manjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti peptide dan asam amino, menurunkan serat
kasar (Susi, 2012; Lahay dan Rinduwati, 2007; Sukaryana et al., 2014; Ari et al.,
2012) , dan menurunkan kadar zat anti nutrisi seperti tannin, oligosakarida,
asam fitat, fenol, saponin, oksalat dan phytin phosphorus (Ari et al., 2012; Ibrahim et al., 2002; Olaniyi dan Mehdizadeh,
2013; Olagunju dan Ifesan, 2013), senyawa fenol, phytin phosphorus, alkaloid
dan oksalat; (Shu et al., 2010).
Hasil penelitian Santoso et al. (2015) menunjukkan bahwa
pemberian tepung daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (tape katuk) menghasilkan berat badan yang
cenderung lebih tinggi dan konversi pakan yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan kontrol (pakan tanpa daun katuk fermentasi). Akan tetapi pemberian
tepung daun katuk fermentasi menghasilkan penurunan lemak abdominal yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan tepung daun katuk. Ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun katuk fermentasi mampu menggantikan feed additive komersial yang
mengandung antibiotika.
Efektivitas daun katuk fermentasi
akan lebih tinggi lagi jika diekstraksi. Ekstrak akan menghasilkan suplemen
yang kaya akan zat gizi dan senyawa metabolik sekunder (Santoso, 2014),
sehingga akan meningkatkan daya guna daun katuk fermentasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis
sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak daun katuk
yang difermentasi dengan Saccharomyces
cerevisiae untuk memperbaiki performa ayam broiler, dan menurunkan lemak
abdominal.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk yang difermentasi
dengan Saccharomyces cerevisiae (tape
katuk) terhadap performa dan lemak abdominal pada broiler.
II.
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2016.
Berlokasi di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
2.2 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, kandang ayam broiler, tempat
minum, tempat pakan, terpal, ember, dan alat tulis serta alat-alat lain yang akan digunakan.
Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah air kran, ayam broiler
sebanyak 80 ekor yang berumur 14 hari, ektrak daun katuk fermentasi (EDKF),
jagung kuning, dedak, konsentrat broiler, mineral mixture, garam dapur, top
mix, minyak, dan sekam.
2.3 Tahapan Penelitian
Daun katuk kering angin difermentasi
dengan ragi tape selama 2 hari dalam kondisi anaerob. Hasil fermentasi dijemur
dan digiling. Selanjutnya diekstraksi dengan air panas (kurang lebih 900
C) selama 20 menit. Hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu 50 – 600
C.
Kandang sebelum penelitian perlu
kita persiapkan terlebih dahulu, dimulai dari melakukan renovasi, sanitasi dan
sterilisasi kandang. Setelah kandang bersih dan steril maka dilakukan
pembersihan tempat air minum dan tempat pakan. Setelah kandang siap dilanjutkan
dengan menyiapkan brooder beserta brooding ring.
Penelitian ini menggunakan broiler
umur 14 hari (periode finisher). Ransum yang digunakan mengandung level protein
kasar 19% (Tabel 2)/kg. Ayam broiler dipelihara sampai umur 35 hari. Pakan dan
air minum diberikan adlibitum.
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap. Delapan puluh ekor ayam broiler umur 14 hari didistribusikan ke
dalam 5 kelompok perlakuan.
Masing-masing kelompok pelakuan terdiri dari 4 ulangan, dan masing-masing
ulangan terdiri dari 4 ekor broiler. Adapun ke 5 perlakuan itu adalah sebagai
berikut :
1. Broiler
yang diberikan pakan tanpa EDKF sebagai kontrol
2. Broiler
diberi pakan yang mengandung 4,5 gram EDKF/kg pakan.
3. Broiler
diberi pakan yangmengandung 9 gram EDKF/kg pakan.
4. Broiler
diberi pakan yang mengandung 13,5 gram EDKF/kg pakan.
5. Broiler
diberi pakan yang mengandung 18 gram EDKF/kg pakan.
Table 1.
Komposisi gizi bahan pakan yang digunakan (%)
Bahan
|
Abu
|
Lemak
|
SK
|
Protein
|
Ca
|
P
|
Energi
|
Dedak a)
|
12,6
|
4,2
|
1,7
|
8,5
|
0,2
|
1,0
|
1810
|
Jagung a)
|
1,7
|
4
|
2,2
|
8,9
|
0,02
|
0,23
|
3321
|
Konsentrat b)
Broiler
|
-
|
6
|
5
|
41,5
|
2,72
|
1,45
|
2800
|
Minyak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9800
|
EDKF
|
-
1,5% - 25% - - -
|
||||||
Mineral Mix
|
-
|
-
|
-
|
-
|
32
|
10
|
-
|
Top Mixc)
|
|
|
|
|
32,5
|
10
|
|
Sumber : a. Haktadi et. al (2005)
b.
Konsentrat Broiler (PT Japfa Comfeed)
c. Label Top Mix
Bahan pakan %
|
P0
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Jagung
|
57,00
|
57,05
|
56,80
|
56,50
|
56,50
|
Dedak
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
4,65
|
Konsentrat Broiler
|
34,20
|
34,20
|
34,00
|
33,85
|
33,85
|
Minyak Sawit
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
EDKF
|
0
|
0,45
|
0,90
|
1,35
|
1,80
|
Tepung Kunyit
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Mineral mixture
|
1,70
|
1,70
|
1,70
|
1,70
|
1,60
|
Topmix
|
0,50
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Garam
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
Komposisi gizi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
ME, Kcal/kg
|
3143
|
3153
|
3148
|
3149
|
3145
|
Protein, %
|
19,18
|
19,31
|
19,35
|
19,39
|
19,51
|
2.3.4 Sampling
Pada akhir
penelitian (umur 35 hari), 4 ekor broiler untuk setiap kelompok perlakuan disembelih
dan lemak abdominal ditimbang.
Variabel yang diukur adalah konsumsi pakan, berat badan, pertambahan
berat badan, konversi pakan dan lemak abdominal.
2.3.5 Analisi Data
Semua
data dianalisis variance (ANOVA) jika berbeda nyata diuji lanjut dengan DMRT.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Konsumsi pakan
Konsumsi
pakan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 7.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
2480
|
2793
|
2555
|
2493
|
2580ns
|
145,4
|
P1
|
2458
|
2735
|
2490
|
2585
|
2567ns
|
124,4
|
P2
|
2323
|
2475
|
2680
|
2470
|
2487ns
|
146,9
|
P3
|
2670
|
2760
|
2970
|
2393
|
2698ns
|
239,4
|
P4
|
2543
|
2705
|
2663
|
2318
|
2557ns
|
173,7
|
Keterangan
: ns : menunjukkan perlakuan berbeda
tidak nyata (P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan
kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk
fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan
analisis ragam yang telah dilakukan bahwa perlakuan pakan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan ayam broiler. Ini
berarti bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive
komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg
pakan sudah dapat menggantikan top mix. Menurut Santoso (2008) bahwa daun katuk
mengandung tannin, saponin dan flavonoid yang dapat menggantikan antibiotik,
sehingga logis bila ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan top mix sebagai antibakteri
alami.
Menurut
penelitian Santoso et al. (2001)
bahwa dengan pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan konsumsi pakan.
Sementara Santoso et al. (2015) bahwa
pemberian tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan efek yang
signifikan terhadap konsumsi broiler. Jadi, ekstraksi daun katuk fermentasi
tidak mempengaruhi konsumsi pakan.
Grafik rataan konsumsi pakan mingguan
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik rataan konsumsi pakan mingguan
ayam broiler
Pada gambar 1 dapat dibaca bahwa semakin bertambah umur ayam
broiler maka semakin tinggi pula konsumsi dari ayam broiler tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Zulfanita et
al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur pada ayam
broiler, maka konsumsi pakan akan bertambah karena untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pada minggu pertama, perlakuan P1, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi
jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu
kedua perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0,
sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan
P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2, dan P4
cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan konsumsi pakan maka
pada P3 memberikan angka konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1,
P2, dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada
level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan
konsumsi yang kurang baik.
3.2 Berat Badan
Berat badan ayam broiler pada setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1813
|
1906
|
1725
|
1444
|
1722ns
|
199,6
|
P1
|
1842
|
1794
|
1631
|
1631
|
1725ns
|
109,4
|
P2
|
1594
|
1700
|
1825
|
1556
|
1669ns
|
120,7
|
P3
|
1831
|
1762
|
1763
|
1656
|
1753ns
|
72,3
|
P4
|
1731
|
1888
|
1781
|
1569
|
1742ns
|
132,7
|
Keterangan :
ns : menunjukkan
perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg
pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan
analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk fermentasi
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap berat badan ayam broiler. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk
fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian
ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sudah dapat menggantikan
top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi mengandung tannin, flavonoid, saponin,
dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen, sehingga
pertumbuhan broiler tidak menurun. Agus et
al. (2014) menyatakan bahwa pemberian
S. androgynus terbukti efektif
dalam menghambat pertumbuhan mikrobia pathogen. Pemberian S. androgynus pada hewan unggas dilaporkan dapat memperbaiki
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Apabila dibandingkan top
mix yang digunakan sebagai pakan tambahan, maka ekstrak daun katuk fermentasi
lebih baik karena tidak mengandung antibiotik yang jika dikonsumsi oleh manusia
dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Santoso et al. (2001) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat
cenderung meningkatkan berat badan ayam broiler. Menurut
Santoso et al. (2015) bahwa pemberian
tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap berat badan ayam broiler. Jadi, ekstraksi tepung daun katuk fermentasi
juga tidak memperbaiki berat-badan.
Grafik rataan berat badan mingguan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik rataan berat badan mingguan ayam broiler
Pada
Gambar 2. bahwa kita dapat diketahui bahwa sejalan dengan bertambahnya umur
setiap minggunya maka terjadi peningkatan berat badan. Hasil tersebut sesuai
pendapat Andriyanto et al. (2014)
yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka berat
badan ayam broiler akan meningkat. Hasil analisis korelasi-regresi antara
konsumsi dan berat diperoleh nilai r = 0,98 dengan persamaan Y= -1127,59 +2,76X. Hal ini berarti peningkatan berat
badan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pakan.
Pada minggu pertama
perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0,
sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu kedua perlakuan P1, P3
dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2
cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih
tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah.
Kesimpulannya dari grafik rataan berat badan maka pada P3 memberikan angka
berat badan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan P4 secara analisis
ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk
fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan berat badan yang baik.
3.3
Pertambahan Berat Badan
Pertambahan
berat badan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 9.
Table 3. Rata-rata pertambahan berat
badan ayam broiler selama penelitian (g)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1368
|
1458
|
1273
|
999
|
1274ns
|
198,9
|
P1
|
1345
|
1349
|
1186
|
1189
|
1267ns
|
92
|
P2
|
1146
|
1268
|
1373
|
1109
|
1224ns
|
120,1
|
P3
|
1371
|
1313
|
1320
|
1189
|
1298ns
|
77,5
|
P4
|
1276
|
1435
|
1317
|
1106
|
1283ns
|
136
|
Keterangan :
ns : menunjukkan
perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol,
4,5 g ekstrak daun
katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi (Sauropus androgynous) terhadap perlakuan
pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan
berat badan ayam broiler. Ini berarti ekstrak daun katuk fermentasi dapat
menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk
fermentasi dapat diberikan sebanyak 4,5 g/kg pakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santoso et al. (2005) bahwa
pada katuk mengandung zat additive alami, yang dapat menggantikan top mix yang
mengandung antibiotik didalamnya.
Jika dibandingkan penelitian
Santoso et al. (2015) bahwa pemberian
tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertambahan berat badan ayam broiler. Jadi, ekstraksi tepung daun
katuk fermentasi juga tidak memperbaiki pertambahan berat badan.
Menurut pendapat Santoso et al. (2001) bahwa pemberian ekstrak
daun katuk dapat cenderung meningkatkan pertambahan berat badan ayam broiler.
Bahwa
dengan
pemberian pakan sebanyak 18 g/kg pakan dapat menghasilkan berat badan yang
optimal.
Grafik rataan pertambahan berat badan
mingguan dapat dilihat pada Gambar 3.
Jika dilihat dari gambar 3 bahwa
pertambahan berat badan ayam broiler perminggunya cenderung meningkat. Andriyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa
dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka pertambahan berat badan ayam
broiler pun akan meningkat. Pada minggu pertama, perlakuan P3 cenderung lebih tinggi
jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2 dan P4 cenderung lebih rendah.
Pada minggu kedua perlakuan P1 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan
dengan P0, sementara P2 dan P3 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga
perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0,
sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan
pertambahan berat badan maka pada P3 memberikan angka pertambahan berat badan
yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan P4 secara analisis ragam
berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi
sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan pertambahan berat badan yang baik.
3.4
Konversi Pakan
Konversi pakan ayam broiler pada setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1,81
|
1,91
|
2,01
|
2,5
|
2,06ns
|
0,3
|
P1
|
1,83
|
2,03
|
2,1
|
2,17
|
2,03ns
|
0,2
|
P2
|
2,03
|
1,95
|
1,95
|
2,23
|
2,04ns
|
0,1
|
P3
|
1,95
|
2,1
|
2,25
|
2,01
|
2,08ns
|
0,1
|
P4
|
1,99
|
1,89
|
2,02
|
2,09
|
2,00ns
|
0,1
|
Keterangan :
ns : menunjukkan
perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg
pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katukfermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katukfermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan hasil analisis ragam yang
telah dilakukan bahwa perlakuan pakan yang
diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Ini
berarti bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive
komersial khususnya top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi dapat diberikan
sebanyak 4,5 g/kg pakan. Menurut pendapat Santoso (2008) yang menyatakan bahwa
daun katuk mengandung anti bakteri yang baik untuk kesehatan manusia.
Menurut pendapat Gusmawati (2000)
pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/kg ransum selama 2 minggu tidak
menurunankan konversi pakan. Jika dibandingakan dengan penelitian Santoso et al. (2015) bahwa tepung daun katuk
fermentasi juga tidak dapat memperbaiki konversi pakan pada ayam broiler
Grafik
rataan konversi pakan mingguan dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada gambar
4 bahwa dapat diketahui bahwa konversi pakan rata-rata ayam broiler setiap
perlakuan tidak konsisten pada setiap minggunya selama penelitian. Pada minggu pertama,
perlakuan P1, P2, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0.
Pada minggu kedua perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
P0, sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan
P1, P2, P3 dan P4 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan P0.
Kesimpulannya dari grafik rataan konversi pakan maka pada P4 memberikan angka
konversi pakan yang lebih baik dibandingkan P0, P1, P2, dan P3 secara analisis
ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk
fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan menghasilkan konversi pakan yang baik.
3.5
Lemak Abdominal
Lemak abdominal ayam broiler pada setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1.63
|
3.10
|
1.48
|
1.70
|
1.98ns
|
0.8
|
P1
|
1.31
|
2.01
|
1.38
|
1.32
|
1.51ns
|
0.3
|
P2
|
1.14
|
1.26
|
1.78
|
2.02
|
1.55ns
|
0.4
|
P3
|
1.36
|
1.43
|
2.32
|
1.23
|
1.59ns
|
0.5
|
P4
|
1.37
|
1.29
|
1.57
|
1.19
|
1.35ns
|
0.2
|
Keterangan
: ns : menunjukkan bahwa
perlakukan yang diberikan berbeda tidak nyata ( P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol,
4,5 g ekstrak daun
katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak daun katuk fermentasi dalam pakan yang
diberikan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap lemak
abdominal pada ayam broiler. Meskipun berpengaruh tidak nyata, terdapat
kecenderungan menurunnya lemak abdominal pada P1, P2, P3, dan P4 sebanyak
masing-masing yaitu 23,7%, 21,7%, 19,7%, dan 31,8%. Dapat disimpulkan bahwa
pemberian paling baik dalam penurunan lemak pada level pemberian ekstrak daun
katuk fermentasi sebanyak 18g/kg. Santoso (1999) bahwa turunnya akumulasi lemak
disebabkan oleh zat aktif yang terkandung dalam daun katuk. Daun katuk
mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang mempunyai khasiat untuk
menurunkan akumulasi lemak pada ayam broiler. Semakin tinggi pemberian ekstrak daun
katuk fermentasi maka presentase lemak abdominal yang terkandung dalam ayam
broiler juga akan turun. Hasil analisis korelasi-regresi antara level ekstrak
daun katuk fermentasi dan lemak abdominal diperoleh nilai r = -0,36 dengan
persamaan Y= 1,8 – 0,025X. Hal ini berarti semakin tinggi level ekstrak daun
katuk fermentasi semakin turun lemak abdominal.
Menurut pendapat
Santoso (2001), bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 4,5 g/kg pakan
memberikan akumulasi lemak yang paling rendah. Penelitian ini juga di perkuat
dengan pemberian ekstrak daun katuk kedalam pakan sebanyak 18 g/kg pakan mampu
menurunkan akumulasi lemak. Santoso et
al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi tidak memberikan
efek yang signifikan pada lemak abdominal ayam broiler. Ini berarti bahwa
ekstraksi tepung daun katuk fermentasi cukup efektif untuk menurunkan lemak abdominal.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg
pakan sampai 18 g/kg pakan dapat menggantikan feed additif komersial (top mix).
Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan dapat menurunkan
lemak abdominal sebesar 31,8 %.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto,
A. S. Satyaningtijas, R.
Yufiandri, R. Wulandari, V. M.
Darwin, S. N. A. Siburian. 2014.
Performa dan kecernaan pakan
ayam broiler yang diberi hormon
testosteron dengan dosis bertingka.
Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Bogor
Yufiandri, R. Wulandari, V. M.
Darwin, S. N. A. Siburian. 2014.
Performa dan kecernaan pakan
ayam broiler yang diberi hormon
testosteron dengan dosis bertingka.
Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Bogor
Ari, M. M., B. A.
Ayanwale, T. Z. Adama
and E. A. Olatunji. 2012. Effects of
different fermentation methods on
the proximate composition, amino
acid profile and some antinutritional factors (ANFs) in
soyabeans (Glycine max).
Fermentation Technology and
Bioengineering 2 (2012) 6-13.
depositionin poultry: A review.
Asian-Australasian J Anim Sci.
27:1057-1068.
and E. A. Olatunji. 2012. Effects of
different fermentation methods on
the proximate composition, amino
acid profile and some antinutritional factors (ANFs) in
soyabeans (Glycine max).
Fermentation Technology and
Bioengineering 2 (2012) 6-13.
depositionin poultry: A review.
Asian-Australasian J Anim Sci.
27:1057-1068.
Gusmawati.
2000. Pengaruh lama
pemberian eksrak daun katuk
(Sauropus androgynus) terhadap
performa dan organ dalam serta
over feed cost broiler. Skripsi S1.
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
pemberian eksrak daun katuk
(Sauropus androgynus) terhadap
performa dan organ dalam serta
over feed cost broiler. Skripsi S1.
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Hartadi,
H.,S. Reksohadiprodjo & A. D.
Tilman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah
Mada University Press.
Yogyakarta.
Tilman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah
Mada University Press.
Yogyakarta.
Ibrahim,
S. S., Habiba, R. a., Shatta, A. A.
and Embaby, H. E. 2002, Effect of
soaking, germination, cooking and
fermentation on antinutritional
factors in cowpeas. Nahrung, 46:
92-95.
and Embaby, H. E. 2002, Effect of
soaking, germination, cooking and
fermentation on antinutritional
factors in cowpeas. Nahrung, 46:
92-95.
Lahay, N. Dan Rinduwati.2007.
Meningkatkan nilai nutrisi feses
broiler dan feses puyuh dengan
teknologi efektivitas
mikroorganisme sebagai bahan
pakan broiler. Proseding. Seminar
nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Meningkatkan nilai nutrisi feses
broiler dan feses puyuh dengan
teknologi efektivitas
mikroorganisme sebagai bahan
pakan broiler. Proseding. Seminar
nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Olagunju,
A. I. and B. O. T. Ifesan. 2013.
Changes in nutrient and
antinutritional contents of sesame
seeds during fermentation. JMBFS,
2 (6): 2407-2410.
Changes in nutrient and
antinutritional contents of sesame
seeds during fermentation. JMBFS,
2 (6): 2407-2410.
Olaniyi,
L. O. and S. Mehhizadeh. 2013.
Effect of traditional fermentation as
a pretreatment to decrease the
antinutritional properties of
rambutan seed (Nephelium
lappaceum l.). International
conference on food and agricultural
sciences IPCBEE vol.55 (2013) ©
(2013) IACSIT Press, Singapore
DOI:10.7763/IPCBEE.2013. V55.
13.
Effect of traditional fermentation as
a pretreatment to decrease the
antinutritional properties of
rambutan seed (Nephelium
lappaceum l.). International
conference on food and agricultural
sciences IPCBEE vol.55 (2013) ©
(2013) IACSIT Press, Singapore
DOI:10.7763/IPCBEE.2013. V55.
13.
Putra,
A., S. 2012.Effects
of dietary katuk
(Sauropus androgynus L. Merr.) on
growth, non-specific immune and
diseases resistance against Vibrio
alginolyticus infection in grouper
Epinephelus coioides Departemen
Budidaya epartment of
Aquaculture, College of
Agriculture, National Pingtung
University of Science and
Technology, Pingtung 91201,
Taiwan, ROC.
(Sauropus androgynus L. Merr.) on
growth, non-specific immune and
diseases resistance against Vibrio
alginolyticus infection in grouper
Epinephelus coioides Departemen
Budidaya epartment of
Aquaculture, College of
Agriculture, National Pingtung
University of Science and
Technology, Pingtung 91201,
Taiwan, ROC.
Santoso,
U. 1999. Mengenal daun katuk
sebagai feed additive pada broiler.
Poultry Indonesia, 242: 59-60.
sebagai feed additive pada broiler.
Poultry Indonesia, 242: 59-60.
Santoso.
U. 2001. Effect of Sauropus
androgynus extrak on the carcass
quality of broiler chicks. Buletin
Ilmu Peternakan dan Perikanan.
7:22-28.
androgynus extrak on the carcass
quality of broiler chicks. Buletin
Ilmu Peternakan dan Perikanan.
7:22-28.
Santoso,
U. and Sartini. 2001. Reduction of
fat accumulation in broiler
chickens by Sauropus androgynus
(katuk) leaf meal supplementation.
Asian-Aust. J. anim. Sci. 14: 346-
350.
fat accumulation in broiler
chickens by Sauropus androgynus
(katuk) leaf meal supplementation.
Asian-Aust. J. anim. Sci. 14: 346-
350.
Santoso, U., J. Setianto, dan T. Suteky.
2005. Effect of Sauropus
androgynus (katuk) extrack on egg
production and lipid metabolism in
layers.. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
18: 364.
2005. Effect of Sauropus
androgynus (katuk) extrack on egg
production and lipid metabolism in
layers.. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
18: 364.
Santoso, H. B. 2008. Ragam
dan Khasiat
Tanaman Obat, Agromedia
Pustaka, Cetakan I. Jakarta.
Tanaman Obat, Agromedia
Pustaka, Cetakan I. Jakarta.
Santoso,
U.
2009. Manfaat daun katuk bagi
kesehatan manusia dan
produktivitas ternak. www.uripsan
toso.wordpress.com. Tanggal
Akses : Rabu 5 Oktober 2016.
kesehatan manusia dan
produktivitas ternak. www.uripsan
toso.wordpress.com. Tanggal
Akses : Rabu 5 Oktober 2016.
Santoso, U. 2014. Katuk, Tumbuhan Multi
Khasiat. Cetakan ke-1. Badan
Penerbitan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Khasiat. Cetakan ke-1. Badan
Penerbitan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Santoso,
U.,
Y. Fenita and Kususiyah,
2015. The effect of fermented
Sauropus androgynus leaves on
performance, fat deposition and
carcass quality in broiler chicken.
International seminar on promoting
local resources for food and health,
October 12-13, 2015, Bengkulu
University, Bengkulu, Indonesia.
2015. The effect of fermented
Sauropus androgynus leaves on
performance, fat deposition and
carcass quality in broiler chicken.
International seminar on promoting
local resources for food and health,
October 12-13, 2015, Bengkulu
University, Bengkulu, Indonesia.
Shu,
S. J., L. Baining, T. Pingfang, L.
Qiang, Z. Youxi dan G. Xizhen.
2010. Effect of microbial
fermentation on the extraction of
alkaloids from radix aconite and
aconite. Journasl of Beijing
University of Chemical
Technology (Natural Science
Edition). 2010-3. (http://en.cnki.
com.). Diakses pada tanggal 10
April 2016 jam 22.00 WIB.
Qiang, Z. Youxi dan G. Xizhen.
2010. Effect of microbial
fermentation on the extraction of
alkaloids from radix aconite and
aconite. Journasl of Beijing
University of Chemical
Technology (Natural Science
Edition). 2010-3. (http://en.cnki.
com.). Diakses pada tanggal 10
April 2016 jam 22.00 WIB.
Sukaryana,
Y., U. Atmomarsono, V. D.
Yunianto, dan E. Supriyatna. 2014.
Peningkatan nilai kecernaan
protein kasar dan lemak kasar
produk fermentasi campuran
bungkil inti sawit dan dedak padi
pada broiler. JITP, 1 (3): 167-172.
Yunianto, dan E. Supriyatna. 2014.
Peningkatan nilai kecernaan
protein kasar dan lemak kasar
produk fermentasi campuran
bungkil inti sawit dan dedak padi
pada broiler. JITP, 1 (3): 167-172.
Susi.
2012. Komposisi kimia dan asam
amino pada tempe kacang Nagara
(Vigna unguiculata ssp.
cylindrica). Agroscientiae 19 (1):
28 – 36.
amino pada tempe kacang Nagara
(Vigna unguiculata ssp.
cylindrica). Agroscientiae 19 (1):
28 – 36.
Zulfanita.,
R. Eny dan D.P. Utami. 2011.
Pembatasan ransum berpengaruh
terhadap pertambahan bobot badan
ayam broiler pada periode
pertumbuhan. Jurnal Ilmu ilmu
Pertanian. Vol. 7 (1) : 59-67
Pembatasan ransum berpengaruh
terhadap pertambahan bobot badan
ayam broiler pada periode
pertumbuhan. Jurnal Ilmu ilmu
Pertanian. Vol. 7 (1) : 59-67
No comments:
Post a Comment