Tuesday, November 7, 2017

Skripsi PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER


PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
 PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM BROILER








SKRIPSI




M Inggit Fauzi
NPM.  E1C013042







JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2016



PERNYATAAN
           
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) fermentasi terhadap performa, dan lemak abdominal ayam broiler” ini merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang perna1h diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.




M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042




SUMMARY

THE EFFECT OF KATUK LEAVES (Sauropus androgynous) FERMENTATION EXTRACT TOWARDS THE PERFORMANCE AND ABDOMINAL FAT OF BROILER CHICKEN (M Inggit Fauzi, supervised by Urip Santoso and Yosi Fenita, 2016 ... pages).
           Broiler chicken is the genetic result which has economic characteristic, fast growth as a producer of meat,low feed conversion, harvested quickly because of its rapid growth and as producer of soft meat fibers. Ration which contains good nutrition is needed to get a rapid growth. One of methods to improve feeding efficiency is by adding additional feed as katuk leaves fermentation extract. Katuk leaves extract contain active substances such as flavonoids, tannins and saponins which can increase feeding efficiency and decrease abdominal fat.
The purpose of this research to evaluate the effect of katuk leaves fermentation extract with Saccharomyces cerevisiae on performance and abdominal fat of broiler chickens.
This research used complete random design. Eighty broiler chickens aged 14 days were distributed into 5 treatment group where in each treatment group consisted of 4 cycle and each cycle consisted of 4 broiler chickens.
The 5 treatments were  as follow :
1.    Broilers were given feeds without the extract of katuk leaves fermentation as
 
control/kg.
2.    Broilers were given feeds which contained 4.5 grams  of the extract of katuk leaves fermentation/kg.
3.    Broilers were given feeds which contained 9 grams of the extract of katuk leaves fermentation/kg.
4.    Broilers were given feeds which contained 13.5 grams of  the extract of katuk leaves fermentation/kg.
5.    Broilers were given feeds which contained 18 grams of  the extract of katuk leaves fermentation/kg.
Data consumption, weight, the gain of weight, feed conversion and abdominal fat were tested statistically by using variance analysis. If the variance showed the significant effect (P>0,05)  toward the treatment, the it tested continously by using DMRT
The result showed that the extract of katuk leaves fermentation gave no real effect (P>0,05) towards feed consumption, weight, the gain of weight, feed conversion and abdominal fat of broiler chicken.
Giving the extract of katuk leaves fermentation of 4.5 g/kg to 18 g/kg could replaced commercial feed additive (top mix). Giving the extract of katuk leaves fermentation of 18 g/kg could decreased abdominal fat of 31.8%.

            (Animal Science study Program, Animal Science Department, agriculture college, University of Bengkulu).




RINGKASAN


PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP PERFORMA, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER (M Inggit Fauzi, dibawah bimbingan Urip Santoso dan Yosi Fenita, 2016,  … halaman).
           Ayam broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat yang lunak. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat maka dibutuhkan ransum yang mempunyai  kandungan nutrisi yang baik. Salah satu cara peningkatan efisiensi pakan yaitu dengan penambahan pakan tambahan seperti ekstrak daun katuk fermentasi. Ekstrak daun katuk mengandung zat aktif seperti flavonoid, tannin, dan saponin yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan penurunan lemak abdominal.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae terhadap performa dan lemak abdominal pada broiler.
           Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Delapan puluh ekor ayam broiler umur 14 hari didistribusikan ke dalam  5 kelompok perlakuan dimana masing-masing kelompok pelakuan terdiri dari 4 ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor broiler.
Adapun ke 5 perlakuan itu adalah sebagai berikut :
1.         Broiler diberi pakan tanpa ekstrak daun katuk fermentasi sebagai kontrol
2.         Broiler diberi pakan yang mengandung 4,5 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
3.         Broiler diberi pakan yangmengandung 9 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
4.         Broiler diberi pakan yang mengandung 13,5 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
5.         Broiler diberi pakan yang mengandung 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
           Data konsumsi, berat badan, pertambahan berat badan, konversi pakan dan lemak abdominal diuji secara statistik menggunakan analisis ragam. Bila sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap perlakuan yang diberikan, maka diuji lanjut dengan DMRT.
           Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan, berat badan, pertambahan berat badan, konversi pakan dan lemak abdominal pada ayam broiler.
Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sampai 18 g/kg pakan dapat menggantikan feed additif komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan dapat menurunkan lemak abdominal sebesar 31,8 %.

(Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)



PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM BROILER






Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu





M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042




Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M.P








2016



PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM BROILER




M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042



Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :
24 Oktober 2016



Pembimbing Utama



Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc
NIP. 19600921 198603 1 001
Pembimbing Pendamping



Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M.P
NIP. 19680418 199403 2 001



Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,



Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D
NIP. 19641029 198903 1 002



PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM BROILER




M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042



Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :
31 Oktober 2016



Ketua,



Ir. Kususiyah, MS
NIP. 19631006 198803 2 001
Sekretaris,



Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc
NIP. 19600921 198603 1 001



Anggota,



Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M.P
NIP. 19680418 199403 2 001



Anggota,



Dr. Irma Badarina, S.Pt., M.P
NIP. 19700123 199702 2 001



Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan



Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D
NIP. 19641029 198903 1 002





MOTTO  :
*      Semua yang kita lakukan didunia ini hanya untuk ALLAH SWT, maka tetap selalu berusaha dalam hal kebaikan, maka kebaikan itu akan datang dengan sendirinya menghampirimu.
*      Jangan pernah putus asa sebelum mencoba dan berusaha.
*      Kesabaran, optimis dan usaha adalah kunci untuk mencapai kesuksesan.
Alhamdulillah Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan izin-Mu, penulis telah meselesaikan amanah dan harapan dari orang-orang yang telah menyayangi penulis, dengan sepenuh hati dan penuh kebahagiaan penulis, Aku persembahkan Skripsi ini Kepada :
*      Orang tua ku yang sangat aku sayangi dan cintai, Bapak Ali Ma’sum dan Ibu Sri Mulyani yang selama ini selalu mendoakanku, yang selalu mendukungku, yang selalu memenuhi keinginanku baik moril maupun materi, yang telah menguatkan penulis. Aku ucapkan terimakasih, aku yakin tanpa doa dan dukungan kalian, aku tidak akan mampu melangkah sejauh ini.
*      Adik kandungku M Luthfi Musafa.
*      Keponakanku, Tahira, dan Marsha
*      Orang yang aku sayang kemarin, saat ini, esok, dan selamanya “Dery Sheliya Fitri Angguna”.
*      Rekan penelitian (Sargie Santi Banes, dan Nurma apriyanti)  dan teman - temanku yang selalu menyemangatiku, membantuku (Gian, Saptiti, Evi, Fira, Tania, Lisa, Helmi, Yanuri, Redi, Agri, Gilang, Hendra, Rizki, bang Adit, Indah, Wahyu, Tri Haryono, Muhidin, Ria, Ayun, wulan, mbak Retno) dan keluarga besar angkatan 2013 yang tidak aku tulis satu persatu namanya yang aku sayangi.
*      Himpunan Profesi Mahasiswa Peternakan (HIPROMATER)
*        Almamaterku, bangsaku, dan agamaku.




 


           M Inggit Fauzi dilahirkan dari keluarga yang penuh kesederhanaan, di Bengkulu, 05 Januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Orang tua penulis bernama Bapak Ali Ma’sum dan Ibu Sri Mulyani.
           Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 08 Putri Hijau pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMPN 03 Putri Hijau pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di MAN 1 Model Kota Bengkulu pada tahun 2013.
           Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan jenjang S1 di Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu diterima melalui jalur SBMPTN. Selama menempuh pendidikan penulis pernah mendapat beasiswa PPA selama 4 semester berturut turut dan sebagai Asisten Dosen pada mata kuliah Biologi, Dasar Reproduksi Ternak, Nutrisi Ternak Dasar, dan Penyajian Ilmiah pada tahun 2014 - 2016. Penulis aktif mengikuti organisasi HIPROMATER (Himpunan Profesi Mahasiswa Peternakan), BEM Fakultas Pertanian, dan BEM Universitas Bengkulu. Pada Tahun 2016 bulan Januari penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di BPTU-HPT Padang Mengatas Kota Padang. Penulis melaksanakan  kuliah kerja nyata (KKN) periode 76 mulai tanggal 10 Juli sampai dengan 31 Agustus 2016 di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Kota Bengkulu.
           Pada bulan Maret – Juni 2016 penulis melaksanakan penelitian di Comercial Zone of Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu, dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Fermentasi terhadap Performa, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler” sebagai syarat untuk mendapatkan gelar derajat sarjana Strata 1 Jurusan Peternakan.



vi


                        Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) Fermentasi terhadap Performa dan Lemak Abdominal Ayam Broiler” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
                        Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.        Bapak Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc selaku pembimbing utama dan Ibu Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M,P. selaku pembimbing pendamping yang selalu sabar membimbing penulis, memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.        Ibu Ir. Kususiyah, M,P, bapak Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Bieng Brata, MP selaku ketua jurusan, Ir. Edi Soetrisno, M.Sc selaku ketua prodi, Dr. Irma Badarina, S.Pt, M.P selaku ketua laboratorium yang telah membantu penulis dan berlangsungnya penelitian serta selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
3.        Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu atas motivasi dan ilmu yang disampaikan.
4.        Saudara-saudara dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk motivasi selama ini, dukungan dan semangat yang diberikan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak ataupun yang membaca.









DAFTAR ISI


Halaman
2.6 Daun Katuk. . 7
2.7 Fermentasi..............................................................................................................      9
2.8 Feed additive..........................................................................................................      9

vii

 




DAFTAR TABEL

           
Tabel                                                                                                                            Halaman

viii

 



DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                                                        Halaman

ix

 


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                                     Halaman
16. Foto foto penelitian…………………………………………………………………… 42
x

vii


I. PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang

            Penggunaan antibiotika sebagai pemacu pertumbuhan telah banyak dilarang dikarenakan menimbulkan dampak negatif. Antibiotika yang terakumudasi dalam produk ternak dapat mengganggu kesehatan konsumen. Untuk itu, menggantikan antibiotika dengan bahan pakan alami yang lebih aman adalah sangat penting. Daun katuk mengandung senyawa yang bersifat antibakteri (Santoso, 2014), sehingga daun katuk berpotensi sebagai pengganti antibiotika.
            Hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001), menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun katuk menurunkan deposisi lemak diatas 30% pada ayam broiler. Namun demikian,  suplementasi tepung daun katuk menurunkan berat badan ayam broiler. Penurunan berat badan akan menurunkan keuntungan yang diperoleh peternak, karena saat ini harga broiler masih didasarkan kepada berat badan daripada mutunya.
            Untuk mengatasi problema tersebut, maka tepung daun katuk dapat difermentasi. Fermentasi bahan pakan akan memperbaiki nilai gizi dan kecernaan zat gizi serta menurunkan zat anti nutrisi, kadar protein dan protein terlarut serta memecah protein manjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptide dan asam amino, menurunkan serat kasar (Susi, 2012; Lahay dan Rinduwati, 2007; Sukaryana et al., 2014; Ari et al., 2012) , dan menurunkan kadar zat anti nutrisi seperti tannin, oligosakarida, asam fitat, fenol, saponin, oksalat dan phytin phosphorus (Ari et al., 2012; Ibrahim et al., 2002; Olaniyi dan Mehdizadeh, 2013; Olagunju dan Ifesan, 2013), senyawa fenol, phytin phosphorus, alkaloid dan oksalat; (Shu et al., 2010).
            Hasil penelitian Santoso et al. (2015) menunjukkan bahwa pemberian tepung daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (tape katuk) menghasilkan berat badan yang cenderung lebih tinggi dan konversi pakan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol (pakan tanpa daun katuk fermentasi). Akan tetapi pemberian tepung daun katuk fermentasi menghasilkan penurunan lemak abdominal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tepung daun katuk. Ini menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi mampu menggantikan feed additive komersial yang mengandung antibiotika.
            Efektivitas daun katuk fermentasi akan lebih tinggi lagi jika diekstraksi. Ekstrak akan menghasilkan suplemen yang kaya akan zat gizi dan senyawa metabolik sekunder (Santoso, 2014), sehingga akan meningkatkan daya guna daun katuk fermentasi.
            Berdasarkan uraian diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae untuk memperbaiki performa ayam broiler, dan menurunkan lemak abdominal.

1.2 Tujuan Penelitian

            Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (tape katuk) terhadap performa dan lemak abdominal pada broiler.

1.3 Hipotesis

            Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa suplementasi ekstrak daun katuk fermentasi diduga dapat menggantikan feed additive komersial (top mix) tanpa menurunkan performa, dan mampu menurunkan lemak abdominal pada broiler.



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

            Ayam broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Tamalludin, 2012). Ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar, 2005).
            Pertumbuhan awal ayam broiler yaitu lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan akhirnya perlahan lagi menjelang dewasa tubuh. Kecepatan pertumbuhan pada ayam mempunyai variasi yang cukup besar tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin dan makanan, disamping faktor lingkungan seperti suhu dan perlindungan terhadap penyakit (Rasyaf, 2006).
            Pertumbuhan ayam broiler mulai dari Great grand parent , Grand parent stock, Parent stock, dan Final stock. Great grand parent stock adalah jenis ayam yang berasal dari persilangan dan seleksi dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas yang dilakukan oleh pembibit dan merupakan bagian untuk membentuk Grand parent stock. Dihasilkan dari persilangan galur murni ( pure line ). Grand parent stock adalah jenis ayam yang khusus dipelihara untuk menghasilkan Parent stock. Parent stock adalah jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final stock. Final stock merupakan ayam yang khusus dipelihara untuk menghasilkan telur atau daging yang telah melalui berbagai persilangan dan seleksi. Diantara ayam jantan dan betina Final stock ini tidak boleh disilangkan karena keturunannya hanya akan menghasilkan produksi 50 % dari induknya (Rasyaf, 2006).

2.2 Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Tobri, 2005). Konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, temperatur lingkungan, serta kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan (Rasyaf, 2006). Sedangkan menurut Widodo (2009) bahwa konsumsi diperhitungkan dari jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut.
            Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan (Rasyaf, 2006).Konsumsi pakan untuk ayam broiler pada setiap strain ayam broiler juga berbeda beda,(Poultry Indonesia, 2012).
            Pakan yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam broiler. Pakan yang dibutuhkan untuk ayam broiler agar pertumbuhannya dapat berkembang dengan baik maka pakan harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan jumlah mineral yang seimbang (Cahyono, 2001). Kebutuhan nutrisi broiler periode starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2. berikut :
Table 1. Kebutuhan nutrisi broiler  periode starter
No
Parameter
Satuan
Persyaratan
1
Kadar air
%
Maks. 14,0
2
Protein Kasar
%
Min. 19,0
3
Lemak Kasar
%
Maks. 7,4
4
Serat Kasar
%
Maks. 6,0
5
Abu
%
Maks. 8,0
6
Kalsium ( Ca )
%
0,90 – 1,20
7
Fosfor (P) Total
%
0,60 – 1,00
8
Energi Metabolisme (EM)
Kkal/kg
Min. 2900
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006)
            Menurut Santoso (2014) banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan, seperti palatabilitas (cita rasa), strain, dan keaktifan ternak sehari-hari. Konsumsi pakan juga dapat dipengeruhi oleh suhu lingkungan, kesehatan, keturunan, umur, imbangan zat makanan, cekaman stress, kecepatan pertumbuhan, tingkat energi dan protein pakan dan manajemen pemeliharaan.
Table 2. Kebutuhan nutrisi broiler periode finisher
            No
Parameter
Satuan
Persyaratan
1
Kadar air
%
Maks. 14,0
2
Protein Kasar
%
Min. 18,0
3
Lemak Kasar
%
Maks. 8,0
4
Serat Kasar
%
Maks. 6,0
5
Abu
%
Maks. 8,0
6
Kalsium ( Ca )
%
0,90 – 1,20
7
Fosfor (P) Total
%
0,60 – 1,00
8
Energi Metabolisme (EM)
Kkal/kg
Min. 2900
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006)



2.3 Berat Badan

Pertumbuhan mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, dalam hal ini tidak termasuk penggemukan karena penggemukan merupakan pertambahan dalam bentuk lemak, (Santoso, 2014).
Widodo (2009) menyatakan pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan melalui penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan berat badan setiap hari, setiap minggu atau waktu lainnya.
            Santoso dan Sartini (2001) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan ternak yitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu pakan dan manajemen, sehingga apabila mengkombinasikan kedua faktor tersebut dengan baik maka pertumbuhan dari ternak tersebut akan baik pula.
Kecepatan pertumbuhan bobot badan serta ukuran badan ditentukan oleh sifat keturunan tetapi pakan juga memberikan kesempatan bagi ternak untuk mengembangkan sifat keturunan semaksimal mungkin (Arman, 2008). Pertambahan berat badan pada setiap strain ayam broiler setiap minggunya akan berbeda (Poultry, 2012). Data pertambahan berat badan dari setiap strain dapat di lihat pada Tabel 3.
Table 3. Berat badan ayam broiler setiap minggu pada strain yang berbeda.
Umur (Hari)
Cobb (g)
Ross (g)
Lohman (g)
Hybro (g)
Hubbard (g)
7
150
152
165
160
165
14
456
499
533
486
527
21
1053
1099
1179
1113
1208
28
1963
1977
2127
2022
2196
35
3216
3177
3350
3176
3436
42
4659
4474
4792
4531
4865
Sumber : Poultry Indonesia (2012)

2.4 Konversi Pakan

Menurut Santoso, (2014) bahwa konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg) sampai ayam itu dijual. Jadi, semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik dalam pengunaan sehingga pakan lebih efisien. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya.
            Konversi pakan merupakan ukuran membandingkan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan produksi daging dalam satu satuan waktu yang sama. Konversi pakan banyak digunakan oleh peternak guna mengukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan pada ayam adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu untuk memperoduksi telur atau daging (Santoso, 2014)
            Konversi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kadar protein pakan, energi pakan, umur, bangsa ternak, besar tubuh, ketersediaan zat gizi dalam pakan, suhu lingkungan dan kesehatan ternak (Santoso dan Sartini, 2001).

2.5 Lemak Abdominal

Menurut Oktaviana et al. (2010) bahwa lemak abdomen merupakan bagian dari lemak tubuh yang terdapat dalam rongga perut. Tumpukan lemak dalam tubuh ayam, termasuk lemak abdomen terjadi karena energi yang merupakan hasil dari proses metabolisme zat gizi yang masuk ke dalam tubuh ayam melebihi tingkat kebutuhan yang  diperlukan oleh tubuh itu sendiri, baik itu untuk hidup pokok maupun untuk berproduksi.
Pengukuran bobot lemak abdomen dilakukan dengan cara menimbang lemak yang didapat dari lemak yang berada pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang. Persentase lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan bobot lemak abdomen dengan bobot hidup dikalikan 100 (Witantra, 2011).
Lemak abdomen pada tubuh ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, nutrisi, jenis kelamin, umur ayam dan faktor lingkungan (Tumuva & Teimouri 2010). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi lemak abdomen pada ayam broiler dengan strain berbeda.
Fouad & El-Senousey (2014) telah menjelaskan bagaimana faktor nutrisi mempengaruhi deposisi lemak abdomen pada tubuh ayam pedaging. Pengurangan deposit lemak tubuh ayam, termasuk lemak abdomen terjadi melalui lima proses yaitu (1) Pengurangan sintesis asam lemak dalam hati; (2) Penurunan sekresi enzim lipase pankreas, sehingga mengurangi penyerapan lemak; (3) Peningkatan β-oksidasi asam lemak pada otot; (4) Menghambat aktivitas lipoprotein lipase dalam darah atau jaringan adiposa perut; dan/atau (5) Meningkatkan aktivitas hormon sensitif lipase (HSL) dalam jaringan adiposa perut, yang akhirnya menyebabkan penurunan besaran jaringan adipose dalam perut dengan mengurangi ukuran dan/atau jumlah sel adiposa perut.



2.6 Daun Katuk

Sauropus androgynus (Katuk) merupakan tanaman yang kaya akan zat besi, provitamin A dalam bentuk β-karotin, vitamin C, minyak sayur, protein dan kaya akan mineral (Santoso dan Sartini, 2001). Menurut Yahya et al. (1992) bahwa kandungan dari zat besi sebanyak 9,14 mg dan vitamin C 197,5 mg. Menurut Oei (1987) dalam 100 gram daun katuk mengandung 72 kalori, 70 gram air, 4,8 gram protein, 2 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 2,2 gram mineral, 24 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg besi, 3111 µg vitamin D, 0,10 mg vitamin B6 dan 200 mg vitamin. Klasifikasi tanaman katuk  menurut Santoso (2014) adalah sebagi berikut :
            Divisi               : Spermatophyta
            Anak divisi      : Angiospermae
            Kelas               : Dicotyledoneae
            Bangsa            : Graniales
            Suku                : Euphorbiaceae
            Anak suku       : Phyllanthoideae
                                    : Phyllanth
            Marga              : Sauropus
            Jenis                : Sauropus androgynus L.Merr
            Menurut Santoso et al. (1999) bahwa metode pemberian ektrak daun katuk cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan konversi pakan. Penurunan konversi pakan dan peningkatan berat badan dapat dijelaskan oleh karena diduga kandungan tannin dan saponin dalam ekstrak menurun karena proses perebusan dalam air panas.
            Menurut Santoso et al. (1999) bahwa pemberian ekstrak daun katuk ditambahkan kedalam pakan komersial sebanyak 0 g, 9 g, 13,5 g, atau 18 g/kg pakan, cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan cenderung menurunkan konversi pakan.
           Daun katuk mengandung 6 senyawa utama, yaitu monomethyl suksinat dan cis-2-metil siklopentanol asetat, asam benzoat, fenil asam malonat, 2-pyrolidinon dan metil pyroglutamate (Agustal et al., 1997). Katuk merupakan sumber potensial kaya flavonoid, senyawa fenolik dan antioksidan (Andarwulan et al., 2010), β-karoten dan zat besi (Santoso et al., 2015). Ekstrak daun katuk memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus. Bacillus cereus, Enterobacter aerogenes, Salmonella typhimurium (Gothadam et al., 2010), Escherichia coli dan Bacillus subtilis (Ariharan et al., 2013). Dimasukkannya Sauropus androgynus ekstrak daun katuk fermentasi meningkatkan jumlah bakteri yang efektif dalam saluran pencernaan seperti Lactobacillus sp. (Santoso et al., 2001).
Table  4.Pengaruh ektrak daun katuk terhadap performans ayam broiler.
Variable
0 g
9 g
13,5 g
18 g
Pertambahan berat badan (g/ekor)
1370
1346
1299
1470
Konsumsi pakan(g/ekor)
2790
2505
2511
2542
Konversi pakan
2,04
1,87
1,97
1,73
Sumber : Santoso et al. (1999)
            Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak daun katuk yang disuplementasi kedalam pakan ayam broiler sebesar 18g/kg pakan memberikan pertambahan berat badan tertinggi dengan konversi pakan rendah, (Santoso et al., 1999).  Berdasarkan hasil penelitian Santoso et al. (2014) bahwa daun katuk dan ekstraknya mempunyai pengaruh untuk menurunkan kadar lemak dalam tubuh ayam broiler. Turunnya akumulasi lemak oleh katuk diduga disebabkan oleh zat aktif yang ada pada daun katuk. Daun katuk mengandung flavonoid, saponin, dan tannin. Dari ketiga zat tersebut telah diketahui bahwa mempunyai khasiat dan pengaruh untuk menurunkan akumulasi lemak. Selain itu kandungan dari vitamin C yang tinggi juga amat berperan. Daun katuk juga tinggi kadar lemaknya (Santoso dan Sartini, 2001).

2.7 Fermentasi

                Fermentasi merupakan salah satu produk pengolahan bahan makanan secara biologis yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna memperbaiki gizi bahan berkualitas rendah. Biasanya bahan produk fermentasi tahan disimpan lama. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan, karena pada proses fermentasi terjadi proses perubahan kimiawi senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan organik lain) baik dalam keadaan aerob atau anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba. Trichoderma viride merupakan mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi, mempunyai kemampuan memproduksi enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi glukosa, sehingga mudah dicerna oleh ternak monogastrik. Selain itu, jenis trichoderma viride mempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan (Mendels et al., 1990).

2.8 feed additive

            Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam bahan pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Feed additive ada 2 jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahyu, 2004).
            Feed additive dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed additive ditambahakan kedalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan nutrien ransum, kegunaan tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meningkatkan palatabilitas (flavoring/ pemberi rasa, colorant/ pewarna). Pengawet pakan (antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien (antibiotik, prebiotik, probiotik), anti jamur, membantu pencernaan sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim) (Ravindra, 2012).
            Top mix merupakan feed supplement berbentuk serbuk warna coklat muda berfungsi sebagai pelengkap nutrisi bagi ayam petelur, pedaging, pembibit dan anak ayam. Kegunaan top mix yaitu memperbaiki konversi ransum sehingga biaya makanan menjadi lebih rendah, anak ayam tumbuh lebih cepat, sehat, meningkatkan efisiensi pakan, mencegah penyakit sehingga angka kematian menjadi lebihh rendah. Top mix mengandung 1 antibiotik (zinc bacitracin), 2 asam amino (methionine dan lysine), 6 mineral dan 12 vitamin. Kandungan top mix berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ayam broiler (Haktadi et al., 2005).

III. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2016. Berlokasi di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, kandang ayam broiler, tempat minum, tempat pakan, terpal, ember, dan alat tulis  serta alat-alat lain yang akan digunakan.
            Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air kran, ayam  broiler sebanyak 80 ekor yang berumur 14 hari, ektrak daun katuk fermentasi (EDKF), jagung kuning, dedak, konsentrat broiler, mineral mixture, garam dapur, top mix, minyak, dan sekam.

3.3 Tahapan Penelitian

            Daun katuk kering angin difermentasi dengan ragi tape selama 2 hari dalam kondisi anaerob. Hasil fermentasi dijemur dan digiling. Selanjutnya diekstraksi dengan air panas (kurang lebih 900 C) selama 20 menit. Hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu 50 – 600 C.    
            Kandang sebelum penelitian perlu kita persiapkan terlebih dahulu, dimulai dari melakukan renovasi, sanitasi dan sterilisasi kandang. Setelah kandang bersih dan steril maka dilakukan pembersihan tempat air minum dan tempat pakan. Setelah kandang siap dilanjutkan dengan menyiapkan brooder beserta brooding ring.
            Penelitian ini menggunakan broiler umur 14 hari (periode finisher). Ransum yang digunakan mengandung level protein kasar 19% (Tabel 6). Ayam broiler dipelihara sampai umur 35 hari. Pakan dan air minum diberikan adlibitum.
            Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Delapan puluh ekor ayam broiler umur 14 hari didistribusikan ke dalam  5 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok pelakuan terdiri dari 4 ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor broiler.



Adapun ke 5 perlakuan itu adalah sebagai berikut :
1.      Broiler diberi pakan tanpa EDKF sebagai kontrol
2.      Broiler diberi pakan yang mengandung 4,5 gram EDKF/kg pakan.
3.      Broiler diberi pakan yangmengandung 9 gram EDKF/kg pakan.
4.      Broiler diberi pakan yang mengandung 13,5 gram EDKF/kg pakan.
5.      Broiler diberi pakan yang mengandung 18 gram EDKF/kg pakan.
Table 5. Komposisi gizi bahan pakan yang digunakan (%)
Bahan
Abu
Lemak
SK
Protein
Ca
P
Energi
Dedak a)
12,6
4,2
1,7
8,5
0,2
1,0
1810
Jagung a)
1,7
4
2,2
8,9
0,02
0,23
3321
Konsentrat b)
Broiler
-
6
5
41,5
2,72
1,45
2800
Minyak
-
-
-
-
-
-
9800
EDKF
-           1,5%           -            25%             -              -               -
Mineral Mix
-
-
-
-
32
10
-
Top Mixc)




32,5
10

Sumber :    a. Haktadi et. al (2005)
b. Konsentrat Broiler (PT Japfa Comfeed)
c. Label Top Mix
Table 6. Komposisi bahan pakan
Bahan pakan %
P0
P1
P2
P3
P4
Jagung
57,00
57,05
56,80
56,50
56,50
Dedak
5,00
5,00
5,00
5,00
4,65
Konsentrat Broiler
34,20
34,20
34,00
33,85
33,85
Minyak Sawit
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
EDKF
0
0,45
0,90
1,35
1,80
Mineral mixture
1,70
1,70
1,70
1,70
1,60
Topmix
0,50
0
0
0
0
Garam
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
Komposisi gizi
-
-
-
-
-
ME, Kcal/kg
3143
3153
3148
3149
3145
Protein, %
19,18
19,31
19,35
19,39
19,51
Keterangan: komposisi bahan pakan selama penelitian
Pakan dan air minum diberikan adlibitum. Berat badan dan konsumsi pakan ditimbang setiap minggu.



3.3.4  Sampling
Pada akhir penelitian (umur 35 hari), 4 ekor broiler untuk setiap kelompok perlakuan dipotong dan lemak abdominal ditimbang.

3.4  Variabel yang diukur

            Pengukuran konsumsi pakan dilakukan selama penelitian dengan cara pengukuran setiap minggunya selama penelitian. Perhitungannya dengan cara pakan yang diberikan (g) dikurang pakan sisa (g) kemudian dibagi jumlah ayam (ekor).
            Rumus Konsumsi Pakan (g/e/mg) =
            Berat badan ditimbang setiap minggu.
            Pengukuran pertambahan berat badan pada saat penelitian dilakukan pengukuran untuk setiap minggunya. Perhitungannya dengan cara berat badan akhir minggu (berat akhir) dikurang dengan berat badan minggu sebelumnya (berat awal).
            PBB (g) = BBt (g) – BBt-1 (g)
            Keterangan :
PBB       = Pertambahan berat badan.
BBt            = Berat badan akhir minggu (berat akhir)
BBt-1       = Berat badan minggu sebelumnya (berat awal)
T             = Waktu pengukuran (satu minggu)
3.4.4    Konversi Pakan
            Pengukuran konversi pakan pada saat penelitian dilakukan pengukuran untuk setiap minggunya. Perhitungannya dengan cara jumlah pakan yang dikonsumsi (gram) dibagi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan (gram).
            Konversi pakan =



3.4.5    Lemak Abdominal
            Pengukuran berat lemak abdomen dilakukan dengan cara menimbang bantalan lemak yang menutupi rongga perut dari gizzard sampai dengan cloaca.
            Lemak abdominal (%) =  x 100%



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsumsi pakan

               Konsumsi pakan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Table 7. Rata-rata komsumsi pakan ayam broiler selama penelitian (g).
Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
SD
1
2
3
4
P0
2480
2793
2555
2493
2580ns
145,4
P1
2458
2735
2490
2585
2567ns
124,4
P2
2323
2475
2680
2470
2487ns
146,9
P3
2670
2760
2970
2393
2698ns
239,4
P4
2543
2705
2663
2318
2557ns
173,7
Keterangan : ns : menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
                P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol,
9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),  P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
           Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan ayam broiler. Ini berarti bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sudah dapat menggantikan top mix. Menurut Santoso (2008) bahwa daun katuk mengandung tannin, saponin dan flavonoid yang dapat menggantikan antibiotik, sehingga logis bila ekstrak daun katuk fermentasi dapat  menggantikan top mix sebagai antibakteri alami.
           Menurut penelitian Santoso et al. (2001) bahwa dengan pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan konsumsi pakan. Sementara Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan efek yang signifikan terhadap konsumsi broiler. Jadi, ekstraksi daun katuk fermentasi tidak mempengaruhi konsumsi pakan.



Grafik rataan konsumsi pakan mingguan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik rataan konsumsi pakan mingguan ayam broiler
Pada gambar 1 dapat dibaca bahwa semakin bertambah umur ayam broiler maka semakin tinggi pula konsumsi dari ayam broiler tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zulfanita et al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur pada ayam broiler, maka konsumsi pakan akan bertambah karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada minggu pertama, perlakuan P1, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu kedua perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan konsumsi pakan maka pada P3 memberikan angka konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan konsumsi yang kurang baik.



4.2 Berat Badan

Berat badan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Table 8. Rata-rata berat badan ayam broiler selama penelitian (g)
Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
SD
1
2
3
4
P0
1813
1906
1725
1444
1722ns
199,6
P1
1842
1794
1631
1631
1725ns
109,4
P2
1594
1700
1825
1556
1669ns
120,7
P3
1831
1762
1763
1656
1753ns
72,3
P4
1731
1888
1781
1569
1742ns
132,7
Keterangan : ns : menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol,
9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g  ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),  P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk fermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap berat badan ayam broiler. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sudah dapat menggantikan top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi mengandung tannin, flavonoid, saponin, dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen, sehingga pertumbuhan broiler tidak menurun. Agus et al. (2014) menyatakan bahwa pemberian  S. androgynus terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan mikrobia pathogen. Pemberian S. androgynus pada hewan unggas dilaporkan dapat memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Apabila dibandingkan top mix yang digunakan sebagai pakan tambahan, maka ekstrak daun katuk fermentasi lebih baik karena tidak mengandung antibiotik yang jika dikonsumsi oleh manusia dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
      Santoso et al. (2001) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat cenderung meningkatkan berat badan ayam broiler. Menurut Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat badan ayam broiler. Jadi, ekstraksi tepung daun katuk fermentasi juga tidak memperbaiki berat-badan.



Grafik rataan berat badan mingguan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik rataan berat badan mingguan ayam broiler
Pada Gambar 2. bahwa kita dapat diketahui bahwa sejalan dengan bertambahnya umur setiap minggunya maka terjadi peningkatan berat badan. Hasil tersebut sesuai pendapat Andriyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka berat badan ayam broiler akan meningkat. Hasil analisis korelasi-regresi antara konsumsi dan berat diperoleh nilai r = 0,98 dengan persamaan Y= -1127,59 +2,76X. Hal ini berarti peningkatan berat badan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pakan.
           Pada minggu pertama perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu kedua perlakuan P1, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan berat badan maka pada P3 memberikan angka berat badan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan berat badan yang baik.



4.3 Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Table 9. Rata-rata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian (g)
Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
SD
1
2
3
4
P0
1368
1458
1273
999
1274ns
198,9
P1
1345
1349
1186
1189
1267ns
92
P2
1146
1268
1373
1109
1224ns
120,1
P3
1371
1313
1320
1189
1298ns
77,5
P4
1276
1435
1317
1106
1283ns
136
Keterangan : ns : menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
                P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol,
9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g  ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),  P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
           Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi (Sauropus androgynous) terhadap perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan ayam broiler. Ini berarti ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi dapat diberikan sebanyak 4,5 g/kg pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso et al. (2005) bahwa pada katuk mengandung zat additive alami, yang dapat menggantikan top mix yang mengandung antibiotik didalamnya.
Jika dibandingkan penelitian Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan berat badan ayam broiler. Jadi, ekstraksi tepung daun katuk fermentasi juga tidak memperbaiki pertambahan berat badan.
           Menurut pendapat Santoso et al. (2001) bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat cenderung meningkatkan pertambahan berat badan ayam broiler. Bahwa dengan pemberian pakan sebanyak 18 g/kg pakan dapat menghasilkan berat badan yang optimal.



Grafik rataan pertambahan berat badan mingguan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik rataan pertambahan berat badan mingguan ayam broiler
           Jika dilihat dari gambar 3 bahwa pertambahan berat badan ayam broiler perminggunya cenderung meningkat. Andriyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka pertambahan berat badan ayam broiler pun akan meningkat. Pada minggu pertama, perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2 dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu kedua perlakuan P1 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 dan P3 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan pertambahan berat badan maka pada P3 memberikan angka pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan pertambahan berat badan yang baik.


4.4 Konversi Pakan

Konversi pakan ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Table 10. Rata-rata konversi pakan ayam broiler selama penelitian.
Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
SD
1
2
3
4
P0
1,81
1,91
2,01
2,5
2,06ns
0,3
P1
1,83
2,03
2,1
2,17
2,03ns
0,2
P2
2,03
1,95
1,95
2,23
2,04ns
0,1
P3
1,95
2,1
2,25
2,01
2,08ns
0,1
P4
1,99
1,89
2,02
2,09
2,00ns
0,1
Keterangan : ns : menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
                P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol,
9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g  ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),  P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katukfermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan hasil analisis ragam yang telah dilakukan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Ini berarti bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial khususnya top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi dapat diberikan sebanyak 4,5 g/kg pakan. Menurut pendapat Santoso (2008) yang menyatakan bahwa daun katuk mengandung anti bakteri yang baik untuk kesehatan manusia.
            Menurut pendapat Gusmawati (2000) pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/kg ransum selama 2 minggu tidak menurunankan konversi pakan. Jika dibandingakan dengan penelitian Santoso et al. (2015) bahwa tepung daun katuk fermentasi juga tidak dapat memperbaiki konversi pakan pada ayam broiler.


Grafik rataan konversi pakan mingguan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik rataan konversi pakan mingguan ayam broiler
           Pada gambar 4 bahwa dapat diketahui bahwa konversi pakan rata-rata ayam broiler setiap perlakuan tidak konsisten pada setiap minggunya selama penelitian. Pada minggu pertama, perlakuan P1, P2, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0. Pada minggu kedua perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P1, P2, P3 dan P4 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan P0. Kesimpulannya dari grafik rataan konversi pakan maka pada P4 memberikan angka konversi pakan yang lebih baik dibandingkan P0, P1, P2, dan P3 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan menghasilkan konversi pakan yang baik.


4.5 Lemak Abdominal

Lemak abdominal ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Table 11. Rata-rata lemak abdominal ayam broiler selama penelitian selama penelitian.
Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
SD
1
2
3
4
P0
1.63
3.10
1.48
1.70
1.98ns
0.8
P1
1.31
2.01
1.38
1.32
1.51ns
0.3
P2
1.14
1.26
1.78
2.02
1.55ns
0.4
P3
1.36
1.43
2.32
1.23
1.59ns
0.5
P4
1.37
1.29
1.57
1.19
1.35ns
0.2
Keterangan : ns : menunjukkan bahwa perlakukan yang diberikan berbeda tidak nyata ( P>0,05)           
                P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol,
9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),  P4 (Pakan kontrol, 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak daun katuk fermentasi dalam pakan yang diberikan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap lemak abdominal pada ayam broiler. Meskipun berpengaruh tidak nyata, terdapat kecenderungan menurunnya lemak abdominal pada P1, P2, P3, dan P4 sebanyak masing-masing yaitu 23,7%, 21,7%, 19,7%, dan 31,8%. Dapat disimpulkan bahwa pemberian paling baik dalam penurunan lemak pada level pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18g/kg. Santoso (1999) bahwa turunnya akumulasi lemak disebabkan oleh zat aktif yang terkandung dalam daun katuk. Daun katuk mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang mempunyai khasiat untuk menurunkan akumulasi lemak pada ayam broiler. Semakin tinggi pemberian ekstrak daun katuk fermentasi maka presentase lemak abdominal yang terkandung dalam ayam broiler juga akan turun. Hasil analisis korelasi-regresi antara level ekstrak daun katuk fermentasi dan lemak abdominal diperoleh nilai r = -0,36 dengan persamaan Y= 1,8 – 0,025X. Hal ini berarti semakin tinggi level ekstrak daun katuk fermentasi semakin turun lemak abdominal.
Menurut pendapat Santoso (2001), bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 4,5 g/kg pakan memberikan akumulasi lemak yang paling rendah. Penelitian ini juga di perkuat dengan pemberian ekstrak daun katuk kedalam pakan sebanyak 18 g/kg pakan mampu menurunkan akumulasi lemak. Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi tidak memberikan efek yang signifikan pada lemak abdominal ayam broiler. Ini berarti bahwa ekstraksi tepung daun katuk fermentasi cukup efektif untuk menurunkan lemak abdominal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sampai 18 g/kg pakan dapat menggantikan feed additif komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan dapat menurunkan lemak abdominal sebesar 31,8 %.

5.2 Saran

Peternak disarankan untuk menggunakan ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sebagai pengganti feed additive komersial (top mix).



DAFTAR PUSTAKA

                                                                                                          
Agus, P. A. S., U, Santoso., M. C. Lee dan F. H. Nan. 2014. Effects of dietary katuk
            (Sauropus androgynus L. Merr) on growth, non-specific immune and diseases
            resistance against Vibrio alginolyticus infection in grouper Epinephelus coioides.
            Departement of aguaculture, National Taiwan Ocean University, Keelung 20224,
            Taiwan, ROC.
Agustal, A., M. Harapini dan Chairul. 1997. Analisis kandungan kimia ekstrak daun katuk
           (Sauropus androgynus) (L) Merr dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat lndonesia
           3 (3): 3l-33.8.
Andarwulan, N., Ratiny, A.S., Bradley, B. and Hanny, W. 2010. Flavonoid content and
           antioxidant activity of vegetable from Indonesia. Food Chemistry 121(4): 1231-
           1235.
Andriyanto, A. S. Satyaningtijas, R. Yufiandri, R. Wulandari, V. M. Darwin, dan S. N. A.
            Siburian. 2014. Performa dan kecernaan pakan ayam broiler yang diberi hormon
            testosteron dengan dosis bertingka. Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor
Ari, M. M., B. A. Ayanwale, T. Z. Adama and E. A. Olatunji. 2012. Effects of different
            fermentation methods on the proximate composition, amino acid profile and some             antinutritional factors (ANFs) in soyabeans (Glycine max). Fermentation
            Technology and Bioengineering 2 (2012) 6-13.
Ariharan, Meena Devi, V.N., and P. Nagendra. 2013. Nutritive value and potential uses of
           Leucaena leucocephala as biofuel- A Mini Review. Res. J. of Pharm, Biol. And
           Chem. Sci. Vol. 4. Issue1:515-521.
Arman, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Cahyono, B. 2001. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Fouad A. M, El-Senousey H. K. 2014. Nutritional factors affecting abdominal fat
            depositionin poultry: A review. Asian-Australasian J Anim Sci. 27:1057-1068.
Gusmawati. 2000. Pengaruh lama pemberian eksrak daun katuk (Sauropus androgynus)
            terhadap performa dan organ dalam serta over feed cost broiler. Skripsi S1.
            Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Gothandam K. M., Nalini E., Karthikeyan S., dan Shin J. S. 2010. OsPRP3, a flower specific
           proline-rich protein of rice, determines extracellular matrix structure of floral
           organs and its overexpression confers cold-tolerance.
 Plant Mol. Biol. 72 125–135.
           10.1007/S11103-009-9557-Z.
Hartadi, H.,S. Reksohadiprodjo & A. D. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk
            Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ibrahim, S. S., Habiba, R. A., Shatta, A. A. and H. E. Embaby. 2002, Effect of soaking,
            germination, cooking and fermentation on antinutritional factors in cowpeas.
            Nahrung, 46: 92-95.
Lahay, N. dan Rinduwati.2007. Meningkatkan nilai nutrisi feses broiler dan feses puyuh
           dengan teknologi efektivitas mikroorganisme sebagai bahan pakan broiler.
           Proseding. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Mendels, M., J. Weber., and R. Parizek. 1990. Enhanced cellulose production by mutant of
            Trichoderma viride. J. Appl. Microbiol., 21: 1-5
Oei, K.N. 1987. Daftar Analisis Bahan Makanan. Unit Gizi Diponogoro. Badan Lit-
            bangkes. Depkes.Jakarta.Februari 1987. 18-19
Olagunju, A. I. and B. O. T. Ifesan. 2013. Changes in nutrient and antinutritional contents
            of sesame seeds during fermentation. JMBFS, 2 (6): 2407-2410.
Olaniyi, L. O. and S. Mehhizadeh. 2013. Effect of traditional fermentation as a
            pretreatment to decrease the antinutritional properties of rambutan seed (
            Nephelium lappaceum l.). International conference on food and agricultural
            sciences IPCBEE vol.55 (2013) © (2013) IACSIT Press, Singapore DOI:
            10.7763/IPCBEE.2013. V55. 13.
Oktaviana, D, Zuprizal, dan Suryanto E. 2010. Pengaruh penambahan ampas virgin
            coconut oil dalam ransum terhadap performans dan produksi karkas ayam broiler.
            Bul Peternak. 34:159-164.
Paultry Indonesia, 2012. Performa Ayam Pedaging. Medion. Bandung
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ravindra. 2012. Probiotic and prebiotic in animal feeding for safe food production. Intl. J.
            Food microbial. 14:515-528.
Santoso, U. 1999. Mengenal daun katuk sebagai feed additive pada broiler. Poultry
            Indonesia, 242: 59-60
Santoso, U., S. Ohtani, K. Tanaka dan M. Sakaida. 1999. Dried Bacillus subtilis culture
            reduced ammonia gas release in poultry house. Asian Aust. J. Anim. Sci.
            12:806809.
Santoso. U. 2001. Effect of Sauropus androgynus extrak on the carcass quality of broiler
            chicks. buletin ilmu peternakan dan perikanan. 7:22-28.
Santoso, U. and Sartini. 2001. Reduction of fat accumulation in broiler chickens by
            Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. Asian-Aust. J. anim. Sci.
            14: 346-350.
Santoso, U., T. Suteky, Heryanto, dan Sunarti. 2001. Pengaruh cara pemberian ekstrak
           daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap penampilan dan kualitas karkas
           ayam pedaging, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia.
Santoso, U., J. Setianto and T. Suteky. 2005. Effect of Sauropus androgynus (katuk)
            extrack on egg production and lipid metabolism in layers.. Asian-Aust. J. Anim.
            Sci. 18: 364.
Santoso, H. B., 2008. Ragam  dan  Khasiat  Tanaman  Obat, Agromedia Pustaka, Cetakan
            I. Jakarta.
Santoso. Y. Fenita dan Kususiyah. 2008. Penggunaan ekstrak air daun katuk sebagai
            feed additive untuk memproduksi meat designers yang efisien. Laporan Riset
            Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu
.
Santoso, U. 2014. Tumbuhan Multi Khasiat. Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Santoso, U., Y. Fenita and Kususiyah, 2015. The effect of fermented Sauropus
            androgynus
leaves on performance, fat deposition and carcass quality in broiler
            chicken. International Seminar on promoting local Resources for Food and Health,
            October 12-13, 2015, Bengkulu University, Bengkulu, Indonesia.
Shu, S. J., L. Baining, T. Pingfang, L. Qiang,  Z. Youxi and G. Xizhen. 2010. Effect of
            microbial fermentation on the extraction of alkaloids from radix aconite and
            aconite. Journasl of Beijing University of Chemical Technology (Natural Science
            Edition). 2010-3.
http://en.cnki.com.. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam
            22.00 WIB.
Siregar. A. P. 2005. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie Group.
           Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa akhir
          
http://ditjennak.go.id. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam 22.17 WIB.
Sukaryana, Y., U. Atmomarsono, V. D. Yunianto dan E. Supriyatna. 2014. Peningkatan
            nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran
            bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP, 1 (3): 167-172.
Susi. 2012. Komposisi kimia dan asam amino pada tempe kacang Negara. Agroscientiae,
            19 (1): 28-36.
Tamalluddin, F. 2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya.
            Jakarta.
Tobri, M. 2005. Kualitas fisik dan organoleptik daging ayam broiler yang
            ransumnya diberi penambahan minyak ikan yang mengandung omega-3. Skripsi.
            Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
            Bogor.
Tumuva E, dan A. Teimouri . 2010. Fat deposition in the broiler chicken: A review. Sci
            Agric Bohem. 41:121-128.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Widodo, I. 2009. Pengaruh penambahan mineral supplement “biolife” dalam pakan
            terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Skipsi. Universitas Brawijaya.
            Malang.
Witantra. 2011. Pengaruh pemberian lisin dan metionin terhadap persentase karkas dan
            lemak abdominal pada ayam pedaging asal induk bibit mudadan induk bibit
            tua. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya.
Yahya, Y., A. Nasoetion dan F. Anwar. 1992. Pengaruh pengolahan da kandungan vitamin
            C terhadap penyerapan zat besi (Fe) denga cara in vitro pada beberapa jenis satuan
            daun hijau. Media Gizi dan Keluarga 16 (1):11-17.

Zulfanita. , R. Eny dan D. P. Utami. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh terhadap
            pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan. Jurnal Ilmu-
            ilmu Pertanian. 7 (1) : 59-67

No comments:

Post a Comment