|
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM
BROILER
SKRIPSI
M Inggit Fauzi
NPM.
E1C013042
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2016
|
Saya
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) fermentasi terhadap
performa, dan lemak abdominal ayam broiler” ini merupakan karya saya sendiri
(ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang perna1h diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042
|
|
THE EFFECT OF KATUK LEAVES (Sauropus
androgynous) FERMENTATION EXTRACT TOWARDS THE PERFORMANCE AND
ABDOMINAL FAT OF BROILER CHICKEN (M Inggit Fauzi,
supervised by Urip Santoso and Yosi Fenita, 2016 ... pages).
Broiler chicken is the genetic result which has economic characteristic,
fast growth as a producer of meat,low feed conversion, harvested quickly because of its rapid growth and as producer of soft meat fibers. Ration which
contains good nutrition is needed to get a rapid growth. One of methods to
improve feeding efficiency is by adding additional feed as katuk leaves
fermentation extract. Katuk leaves extract contain active substances such as
flavonoids, tannins and saponins which can increase feeding efficiency and
decrease abdominal fat.
The purpose of this research to evaluate the effect of katuk leaves fermentation
extract with Saccharomyces
cerevisiae on performance and abdominal fat of broiler chickens.
This research used complete random design. Eighty broiler chickens
aged 14 days were distributed into 5 treatment group where in each treatment
group consisted of 4 cycle and each cycle consisted of 4 broiler chickens.
The 5 treatments were
as follow :
1.
Broilers were given
feeds without the extract of katuk leaves fermentation as
control/kg.
control/kg.
2.
Broilers were given
feeds which contained 4.5 grams of the
extract of katuk leaves fermentation/kg.
3.
Broilers were given
feeds which contained 9 grams of the extract of katuk leaves fermentation/kg.
4.
Broilers were given
feeds which contained 13.5 grams of the extract
of katuk leaves fermentation/kg.
5.
Broilers were given
feeds which contained 18 grams of the
extract of katuk leaves fermentation/kg.
Data consumption, weight, the gain of weight, feed conversion and abdominal
fat were tested statistically by using variance analysis. If the variance
showed the significant effect (P>0,05) toward the
treatment, the it tested continously by using DMRT
The result showed
that the extract of katuk leaves fermentation gave no real effect (P>0,05) towards feed consumption, weight, the gain of weight,
feed conversion and abdominal fat of broiler chicken.
Giving the extract of katuk leaves fermentation of 4.5 g/kg to
18 g/kg could replaced commercial feed additive (top mix). Giving the extract of
katuk leaves fermentation of 18 g/kg could decreased abdominal fat of 31.8%.
(Animal
Science study Program, Animal Science Department, agriculture college,
University of Bengkulu).
RINGKASAN
|
|
PENGARUH
EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus)
FERMENTASI TERHADAP PERFORMA, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER (M Inggit Fauzi,
dibawah bimbingan Urip Santoso dan Yosi
Fenita,
2016, … halaman).
Ayam
broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen
cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan
serat yang lunak. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat maka dibutuhkan
ransum yang mempunyai kandungan nutrisi
yang baik. Salah satu cara peningkatan efisiensi pakan yaitu dengan penambahan
pakan tambahan seperti ekstrak daun katuk fermentasi. Ekstrak daun katuk
mengandung zat aktif seperti flavonoid, tannin, dan saponin yang dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan penurunan lemak abdominal.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk yang difermentasi
dengan Saccharomyces cerevisiae terhadap
performa dan lemak abdominal pada broiler.
Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Delapan puluh ekor ayam broiler
umur 14 hari didistribusikan ke dalam 5
kelompok perlakuan dimana masing-masing kelompok pelakuan terdiri dari 4
ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor broiler.
Adapun ke 5
perlakuan itu adalah sebagai berikut :
1.
Broiler
diberi pakan tanpa ekstrak daun katuk fermentasi sebagai kontrol
2.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 4,5 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
3.
Broiler
diberi pakan yangmengandung 9 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
4.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 13,5 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
5.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/kg pakan.
Data
konsumsi, berat badan, pertambahan berat badan, konversi pakan dan lemak
abdominal diuji secara statistik menggunakan analisis ragam. Bila sidik ragam
menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap perlakuan yang diberikan,
maka diuji lanjut dengan DMRT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak daun katuk fermentasi memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
konsumsi pakan, berat badan, pertambahan berat badan, konversi pakan dan lemak
abdominal pada ayam broiler.
Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi
sebanyak 4,5 g/kg pakan sampai 18 g/kg pakan dapat menggantikan feed additif
komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg
pakan dapat menurunkan lemak abdominal sebesar 31,8 %.
(Program Studi
Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)
|
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA
DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM
BROILER
Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042
Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M.P
2016
|
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA
DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM
BROILER
M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042
Telah
diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :
24
Oktober 2016
Pembimbing
Utama
Prof. Dr. Ir.
Urip Santoso, M.Sc
NIP. 19600921
198603 1 001
|
Pembimbing
Pendamping
Prof. Dr. Ir.
Yosi Fenita, M.P
NIP. 19680418
199403 2 001
|
Mengetahui,
Fakultas
Pertanian
Dekan,
Ir. Fahrurrozi,
M.Sc., Ph.D
NIP. 19641029
198903 1 002
|
|
(Sauropus androgynus) FERMENTASI TERHADAP
PERFORMA
DAN LEMAK ABDOMINAL
AYAM
BROILER
M Inggit Fauzi
NPM. E1C013042
Telah
dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :
31
Oktober 2016
Ketua,
Ir. Kususiyah,
MS
NIP. 19631006 198803 2 001 |
Sekretaris,
Prof. Dr. Ir.
Urip Santoso, M.Sc
NIP. 19600921
198603 1 001
|
Anggota,
Prof. Dr. Ir.
Yosi Fenita, M.P
NIP. 19680418
199403 2 001
|
Anggota,
Dr. Irma
Badarina, S.Pt., M.P
NIP. 19700123
199702 2 001
|
Mengetahui,
Fakultas
Pertanian
Dekan
Ir. Fahrurrozi,
M.Sc., Ph.D
NIP. 19641029
198903 1 002
|
|
|
MOTTO :



Alhamdulillah Puji Syukur Kehadirat
Allah SWT, atas nikmat dan izin-Mu, penulis telah meselesaikan amanah dan
harapan dari orang-orang yang telah menyayangi penulis, dengan sepenuh hati dan
penuh kebahagiaan penulis, Aku persembahkan Skripsi ini Kepada :







|
|
|
Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 08 Putri Hijau pada tahun 2007, pendidikan
menengah pertama di SMPN 03 Putri Hijau pada tahun 2010, dan pendidikan
menengah atas di MAN 1 Model Kota Bengkulu pada tahun 2013.
Pada
tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan jenjang S1 di Program Studi
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu diterima melalui jalur SBMPTN.
Selama menempuh pendidikan penulis pernah mendapat beasiswa PPA selama 4 semester
berturut turut dan sebagai Asisten Dosen pada mata kuliah Biologi, Dasar
Reproduksi Ternak, Nutrisi Ternak Dasar, dan Penyajian Ilmiah pada tahun 2014 -
2016. Penulis aktif mengikuti organisasi HIPROMATER
(Himpunan Profesi Mahasiswa Peternakan), BEM Fakultas Pertanian, dan BEM
Universitas Bengkulu. Pada Tahun 2016 bulan Januari penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapang di BPTU-HPT Padang Mengatas Kota Padang. Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) periode 76 mulai
tanggal 10 Juli sampai dengan 31 Agustus 2016 di Pulau Enggano, Kabupaten
Bengkulu Utara, Kota Bengkulu.
Pada
bulan Maret – Juni 2016 penulis melaksanakan penelitian di Comercial Zone of Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan
Universitas Bengkulu, dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Fermentasi terhadap
Performa, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler” sebagai syarat untuk mendapatkan
gelar derajat sarjana Strata 1 Jurusan Peternakan.
|
vi
|
|
Syukur alhamdulillah penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak
Daun Katuk (Sauropus androgynus)
Fermentasi terhadap Performa dan Lemak Abdominal Ayam Broiler” sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini
dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc
selaku pembimbing utama dan Ibu Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, M,P. selaku pembimbing
pendamping yang selalu sabar membimbing penulis, memberikan masukan dan saran
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Ir. Kususiyah, M,P, bapak Prof. Dr.
agr. Ir. Johan Setianto selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Bieng Brata, MP
selaku ketua jurusan, Ir. Edi Soetrisno, M.Sc selaku ketua prodi, Dr. Irma
Badarina, S.Pt, M.P selaku ketua laboratorium yang telah membantu penulis dan
berlangsungnya penelitian serta selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
3.
Seluruh dosen dan karyawan Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu atas motivasi dan ilmu yang
disampaikan.
4.
Saudara-saudara dan teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk motivasi selama ini, dukungan
dan semangat yang diberikan.
Kritik
dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi
ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
ataupun yang membaca.
DAFTAR
ISI
|
|
Halaman
2.6 Daun Katuk
2.7 Fermentasi.............................................................................................................. 9
2.8 Feed additive.......................................................................................................... 9
2.7 Fermentasi.............................................................................................................. 9
2.8 Feed additive.......................................................................................................... 9
vii
|
DAFTAR TABEL
|
|
|
Tabel Halaman
viii
|
DAFTAR GAMBAR
|
|
Gambar Halaman
ix
|
DAFTAR LAMPIRAN
|
Lampiran Halaman
16.
Foto foto penelitian…………………………………………………………………… 42
x
|
vii
|
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan antibiotika sebagai
pemacu pertumbuhan telah banyak dilarang dikarenakan menimbulkan dampak negatif.
Antibiotika yang terakumudasi dalam produk ternak dapat mengganggu kesehatan
konsumen. Untuk itu, menggantikan antibiotika dengan bahan pakan alami yang
lebih aman adalah sangat penting. Daun katuk mengandung senyawa yang bersifat
antibakteri (Santoso, 2014), sehingga daun katuk berpotensi sebagai pengganti
antibiotika.
Hasil
penelitian Santoso dan Sartini (2001), menunjukkan bahwa suplementasi tepung
daun katuk menurunkan deposisi lemak diatas 30% pada ayam broiler. Namun
demikian, suplementasi tepung daun katuk
menurunkan berat badan ayam broiler. Penurunan berat badan akan menurunkan
keuntungan yang diperoleh peternak, karena saat ini harga broiler masih
didasarkan kepada berat badan daripada mutunya.
Untuk mengatasi problema tersebut,
maka tepung daun katuk dapat difermentasi. Fermentasi bahan pakan akan
memperbaiki nilai gizi dan kecernaan zat gizi serta menurunkan zat anti
nutrisi, kadar protein dan protein terlarut serta memecah protein manjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti peptide dan asam amino, menurunkan serat
kasar (Susi, 2012; Lahay dan Rinduwati, 2007; Sukaryana et al., 2014; Ari et al.,
2012) , dan menurunkan kadar zat anti nutrisi seperti tannin, oligosakarida,
asam fitat, fenol, saponin, oksalat dan phytin phosphorus (Ari et al., 2012; Ibrahim et al., 2002; Olaniyi dan Mehdizadeh,
2013; Olagunju dan Ifesan, 2013), senyawa fenol, phytin phosphorus, alkaloid
dan oksalat; (Shu et al., 2010).
Hasil penelitian Santoso et al. (2015) menunjukkan bahwa
pemberian tepung daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (tape katuk) menghasilkan berat badan yang
cenderung lebih tinggi dan konversi pakan yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan kontrol (pakan tanpa daun katuk fermentasi). Akan tetapi pemberian
tepung daun katuk fermentasi menghasilkan penurunan lemak abdominal yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan tepung daun katuk. Ini menunjukkan bahwa ekstrak
daun katuk fermentasi mampu menggantikan feed additive komersial yang
mengandung antibiotika.
Efektivitas daun katuk fermentasi
akan lebih tinggi lagi jika diekstraksi. Ekstrak akan menghasilkan suplemen
yang kaya akan zat gizi dan senyawa metabolik sekunder (Santoso, 2014),
sehingga akan meningkatkan daya guna daun katuk fermentasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis
sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak daun katuk
yang difermentasi dengan Saccharomyces
cerevisiae untuk memperbaiki performa ayam broiler, dan menurunkan lemak
abdominal.
1.2 Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk yang difermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (tape katuk)
terhadap performa dan lemak abdominal pada broiler.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari
penelitian ini adalah bahwa suplementasi ekstrak daun katuk fermentasi diduga dapat
menggantikan feed additive komersial (top mix) tanpa menurunkan performa, dan mampu
menurunkan lemak abdominal pada broiler.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan hasil
genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai
penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya
yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Tamalludin, 2012).
Ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain :
ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan
badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar, 2005).
Pertumbuhan awal ayam broiler yaitu
lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan akhirnya perlahan lagi menjelang
dewasa tubuh. Kecepatan pertumbuhan pada ayam mempunyai variasi yang cukup
besar tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin dan makanan, disamping
faktor lingkungan seperti suhu dan perlindungan terhadap penyakit (Rasyaf, 2006).
Pertumbuhan ayam broiler mulai dari Great grand parent , Grand parent stock, Parent stock, dan Final stock. Great grand parent stock
adalah jenis ayam yang berasal dari persilangan dan seleksi dari berbagai
kelas, bangsa, atau varietas yang dilakukan oleh pembibit dan merupakan bagian
untuk membentuk Grand parent stock. Dihasilkan dari persilangan galur
murni ( pure line ). Grand parent stock adalah jenis ayam yang
khusus dipelihara untuk menghasilkan Parent stock. Parent stock adalah
jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final stock. Final stock
merupakan ayam yang khusus dipelihara untuk menghasilkan telur atau daging yang
telah melalui berbagai persilangan dan seleksi. Diantara ayam jantan dan betina
Final stock ini tidak boleh disilangkan karena keturunannya hanya akan
menghasilkan produksi 50 % dari induknya (Rasyaf, 2006).
2.2
Konsumsi Pakan
Konsumsi
pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan
dalam proses metabolisme tubuh (Tobri, 2005). Konsumsi pakan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin,
aktivitas sehari-hari, temperatur lingkungan, serta kuantitas dan kualitas
pakan yang diberikan (Rasyaf, 2006). Sedangkan menurut Widodo (2009) bahwa konsumsi
diperhitungkan dari jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan
yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan
untuk produksi hewan tersebut.
Ternak
akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi
genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan
tersebut diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan (Rasyaf,
2006).Konsumsi pakan untuk ayam broiler pada setiap strain ayam broiler juga
berbeda beda,(Poultry Indonesia, 2012).
Pakan yang baik akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ayam broiler. Pakan yang dibutuhkan untuk ayam broiler agar
pertumbuhannya dapat berkembang dengan baik maka pakan harus mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan jumlah mineral yang seimbang (Cahyono,
2001). Kebutuhan nutrisi broiler periode starter dan finisher dapat dilihat
pada Tabel 1. dan Tabel 2. berikut :
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Kadar air
|
%
|
Maks. 14,0
|
2
|
Protein Kasar
|
%
|
Min. 19,0
|
3
|
Lemak Kasar
|
%
|
Maks. 7,4
|
4
|
Serat Kasar
|
%
|
Maks. 6,0
|
5
|
Abu
|
%
|
Maks. 8,0
|
6
|
Kalsium ( Ca )
|
%
|
0,90 – 1,20
|
7
|
Fosfor (P) Total
|
%
|
0,60 – 1,00
|
8
|
Energi Metabolisme (EM)
|
Kkal/kg
|
Min. 2900
|
Sumber
: Standar Nasional Indonesia (2006)
Menurut
Santoso (2014) banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan, seperti
palatabilitas (cita rasa), strain, dan keaktifan ternak sehari-hari. Konsumsi
pakan juga dapat dipengeruhi oleh suhu lingkungan, kesehatan, keturunan, umur,
imbangan zat makanan, cekaman stress, kecepatan pertumbuhan, tingkat energi dan
protein pakan dan manajemen pemeliharaan.
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Kadar air
|
%
|
Maks. 14,0
|
2
|
Protein Kasar
|
%
|
Min. 18,0
|
3
|
Lemak Kasar
|
%
|
Maks. 8,0
|
4
|
Serat Kasar
|
%
|
Maks. 6,0
|
5
|
Abu
|
%
|
Maks. 8,0
|
6
|
Kalsium ( Ca )
|
%
|
0,90 – 1,20
|
7
|
Fosfor (P) Total
|
%
|
0,60 – 1,00
|
8
|
Energi Metabolisme (EM)
|
Kkal/kg
|
Min. 2900
|
Sumber
: Standar Nasional Indonesia (2006)
2.3 Berat Badan
Pertumbuhan
mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun seperti urat daging,
tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, dalam hal ini tidak
termasuk penggemukan karena penggemukan merupakan pertambahan dalam bentuk
lemak, (Santoso, 2014).
Widodo (2009)
menyatakan pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot
badan yang dengan mudah dilakukan melalui penimbangan berulang-ulang dan
diketengahkan dengan pertumbuhan berat badan setiap hari, setiap minggu atau
waktu lainnya.
Santoso dan Sartini (2001) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan berat badan ternak yitu faktor genetik dan lingkungan.
Faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu pakan dan manajemen, sehingga
apabila mengkombinasikan kedua faktor tersebut dengan baik maka pertumbuhan
dari ternak tersebut akan baik pula.
Kecepatan pertumbuhan bobot badan serta
ukuran badan ditentukan oleh sifat keturunan tetapi pakan juga memberikan
kesempatan bagi ternak untuk mengembangkan sifat keturunan semaksimal mungkin (Arman,
2008). Pertambahan berat badan pada setiap strain ayam broiler setiap minggunya
akan berbeda (Poultry, 2012). Data pertambahan berat badan dari setiap strain
dapat di lihat pada Tabel 3.
Umur (Hari)
|
Cobb (g)
|
Ross (g)
|
Lohman (g)
|
Hybro (g)
|
Hubbard (g)
|
7
|
150
|
152
|
165
|
160
|
165
|
14
|
456
|
499
|
533
|
486
|
527
|
21
|
1053
|
1099
|
1179
|
1113
|
1208
|
28
|
1963
|
1977
|
2127
|
2022
|
2196
|
35
|
3216
|
3177
|
3350
|
3176
|
3436
|
42
|
4659
|
4474
|
4792
|
4531
|
4865
|
Sumber : Poultry Indonesia (2012)
2.4
Konversi Pakan
Menurut Santoso, (2014) bahwa konversi
pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat
hidup (kg) sampai ayam itu dijual. Jadi, semakin kecil angka konversi pakan
menunjukkan semakin baik dalam pengunaan sehingga pakan
lebih efisien. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan
memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat
badannya.
Konversi
pakan merupakan ukuran membandingkan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan
produksi daging dalam satu satuan waktu yang sama. Konversi pakan banyak
digunakan oleh peternak guna mengukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan
menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan pada ayam adalah
banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu untuk
memperoduksi telur atau daging (Santoso, 2014)
Konversi pakan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti kadar protein pakan, energi pakan, umur, bangsa
ternak, besar tubuh, ketersediaan zat gizi dalam pakan, suhu lingkungan dan
kesehatan ternak (Santoso dan Sartini, 2001).
2.5
Lemak Abdominal
Menurut Oktaviana et al. (2010) bahwa lemak abdomen
merupakan bagian dari lemak tubuh yang terdapat dalam rongga perut. Tumpukan lemak dalam tubuh ayam, termasuk lemak abdomen terjadi karena
energi yang merupakan hasil dari proses metabolisme zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh ayam melebihi tingkat kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh itu sendiri, baik itu
untuk hidup pokok maupun untuk berproduksi.
Pengukuran bobot lemak
abdomen dilakukan dengan cara menimbang lemak yang didapat dari lemak yang
berada pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot
abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang. Persentase lemak abdomen
diperoleh dengan membandingkan bobot lemak abdomen dengan bobot hidup dikalikan
100 (Witantra, 2011).
Lemak abdomen pada
tubuh ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, nutrisi,
jenis kelamin, umur ayam dan faktor lingkungan (Tumuva & Teimouri 2010).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi lemak
abdomen pada ayam broiler dengan strain berbeda.
Fouad & El-Senousey
(2014) telah menjelaskan bagaimana faktor nutrisi mempengaruhi deposisi lemak
abdomen pada tubuh ayam pedaging. Pengurangan deposit lemak tubuh ayam,
termasuk lemak abdomen terjadi melalui lima proses yaitu (1) Pengurangan
sintesis asam lemak dalam hati; (2) Penurunan sekresi enzim lipase pankreas,
sehingga mengurangi penyerapan lemak; (3) Peningkatan β-oksidasi asam lemak
pada otot; (4) Menghambat aktivitas lipoprotein lipase dalam darah atau
jaringan adiposa perut; dan/atau (5) Meningkatkan aktivitas hormon sensitif
lipase (HSL) dalam jaringan adiposa perut, yang akhirnya menyebabkan penurunan
besaran jaringan adipose dalam perut dengan mengurangi ukuran dan/atau jumlah
sel adiposa perut.
2.6
Daun Katuk
Sauropus androgynus (Katuk) merupakan tanaman yang kaya akan zat besi,
provitamin A dalam bentuk β-karotin, vitamin C, minyak sayur, protein dan kaya
akan mineral (Santoso dan Sartini, 2001). Menurut Yahya et al. (1992) bahwa kandungan dari zat besi sebanyak 9,14 mg dan
vitamin C 197,5 mg. Menurut Oei (1987) dalam 100 gram daun katuk mengandung 72
kalori, 70 gram air, 4,8 gram protein, 2 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 2,2
gram mineral, 24 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg besi, 3111 µg vitamin D, 0,10
mg vitamin B6 dan 200 mg vitamin. Klasifikasi tanaman katuk menurut Santoso (2014) adalah sebagi berikut
:
Divisi : Spermatophyta
Anak
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa
: Graniales
Suku : Euphorbiaceae
Anak
suku : Phyllanthoideae
:
Phyllanth
Marga : Sauropus
Jenis : Sauropus androgynus L.Merr
Menurut
Santoso et al. (1999) bahwa metode
pemberian ektrak daun katuk cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan
menurunkan konversi pakan. Penurunan konversi pakan dan peningkatan berat badan
dapat dijelaskan oleh karena diduga kandungan tannin dan saponin dalam ekstrak
menurun karena proses perebusan dalam air panas.
Menurut
Santoso et al. (1999) bahwa pemberian
ekstrak daun katuk ditambahkan kedalam pakan komersial sebanyak 0 g, 9 g, 13,5
g, atau 18 g/kg pakan, cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan cenderung
menurunkan konversi pakan.
Daun katuk mengandung 6 senyawa utama,
yaitu monomethyl suksinat dan cis-2-metil siklopentanol asetat, asam benzoat,
fenil asam malonat, 2-pyrolidinon dan metil pyroglutamate (Agustal et al., 1997). Katuk merupakan sumber
potensial kaya flavonoid, senyawa fenolik dan antioksidan (Andarwulan et al., 2010), β-karoten dan zat besi
(Santoso et al., 2015). Ekstrak daun
katuk memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus
aureus. Bacillus cereus, Enterobacter aerogenes, Salmonella typhimurium (Gothadam et al., 2010), Escherichia coli dan Bacillus
subtilis (Ariharan et al., 2013).
Dimasukkannya Sauropus androgynus
ekstrak daun katuk fermentasi meningkatkan jumlah bakteri yang efektif dalam saluran
pencernaan seperti Lactobacillus sp. (Santoso et al., 2001).
Variable
|
0 g
|
9 g
|
13,5 g
|
18 g
|
Pertambahan berat badan
(g/ekor)
|
1370
|
1346
|
1299
|
1470
|
Konsumsi pakan(g/ekor)
|
2790
|
2505
|
2511
|
2542
|
Konversi pakan
|
2,04
|
1,87
|
1,97
|
1,73
|
Sumber : Santoso et
al. (1999)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak
daun katuk yang disuplementasi kedalam pakan ayam broiler sebesar 18g/kg pakan
memberikan pertambahan berat badan tertinggi dengan konversi pakan rendah, (Santoso
et al., 1999). Berdasarkan hasil
penelitian Santoso et al. (2014)
bahwa daun katuk dan ekstraknya mempunyai pengaruh untuk menurunkan kadar lemak
dalam tubuh ayam broiler. Turunnya akumulasi lemak oleh katuk diduga disebabkan
oleh zat aktif yang ada pada daun katuk. Daun katuk mengandung flavonoid,
saponin, dan tannin. Dari ketiga zat tersebut telah diketahui bahwa mempunyai
khasiat dan pengaruh untuk menurunkan akumulasi lemak. Selain itu kandungan
dari vitamin C yang tinggi juga amat berperan. Daun katuk juga tinggi kadar
lemaknya (Santoso dan Sartini, 2001).
2.7 Fermentasi
Fermentasi merupakan salah satu produk pengolahan
bahan makanan secara biologis yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna
memperbaiki gizi bahan berkualitas rendah. Biasanya bahan produk fermentasi
tahan disimpan lama. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi bahan
pakan, karena pada proses fermentasi terjadi proses perubahan kimiawi
senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan
organik lain) baik dalam keadaan aerob atau anaerob, melalui kerja enzim yang
dihasilkan mikroba. Trichoderma viride
merupakan mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi,
mempunyai kemampuan memproduksi enzim selulase yang dapat memecah selulosa
menjadi glukosa, sehingga mudah dicerna oleh ternak monogastrik. Selain itu,
jenis trichoderma viride mempunyai
kemampuan meningkatkan protein bahan pakan (Mendels et al., 1990).
2.8 feed additive
Feed additive
merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran
pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan
feed additive dalam bahan pakan
bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Feed additive ada 2 jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahyu,
2004).
Feed additive
dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu nutritive
feed additive dan non nutritive feed
additive. Nutritive feed additive
ditambahakan kedalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan
nutrien ransum, kegunaan tergantung pada jenisnya, antara lain untuk
meningkatkan palatabilitas (flavoring/
pemberi rasa, colorant/ pewarna). Pengawet
pakan (antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan
kecernaan nutrien (antibiotik, prebiotik, probiotik), anti jamur, membantu
pencernaan sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim) (Ravindra, 2012).
Top mix merupakan feed supplement
berbentuk serbuk warna coklat muda berfungsi sebagai pelengkap nutrisi bagi
ayam petelur, pedaging, pembibit dan anak ayam. Kegunaan top mix yaitu
memperbaiki konversi ransum sehingga biaya makanan menjadi lebih rendah, anak
ayam tumbuh lebih cepat, sehat, meningkatkan efisiensi pakan, mencegah penyakit
sehingga angka kematian menjadi lebihh rendah. Top mix mengandung 1 antibiotik
(zinc bacitracin), 2 asam amino (methionine dan lysine), 6 mineral dan 12
vitamin. Kandungan top mix berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ayam
broiler (Haktadi et al., 2005).
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret - Juni 2016. Berlokasi di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL)
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2
Bahan dan Alat Penelitian
Alat
yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, kandang ayam broiler,
tempat minum, tempat pakan, terpal, ember, dan alat tulis serta alat-alat lain yang akan digunakan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air kran,
ayam broiler sebanyak 80 ekor yang
berumur 14 hari, ektrak daun katuk fermentasi (EDKF), jagung kuning, dedak,
konsentrat broiler, mineral mixture, garam dapur, top mix, minyak, dan sekam.
3.3
Tahapan Penelitian
Daun katuk kering angin difermentasi
dengan ragi tape selama 2 hari dalam kondisi anaerob. Hasil fermentasi dijemur
dan digiling. Selanjutnya diekstraksi dengan air panas (kurang lebih 900
C) selama 20 menit. Hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu 50 – 600
C.
Kandang sebelum penelitian perlu
kita persiapkan terlebih dahulu, dimulai dari melakukan renovasi, sanitasi dan
sterilisasi kandang. Setelah kandang bersih dan steril maka dilakukan
pembersihan tempat air minum dan tempat pakan. Setelah kandang siap dilanjutkan
dengan menyiapkan brooder beserta brooding ring.
Penelitian ini menggunakan broiler
umur 14 hari (periode finisher). Ransum yang digunakan mengandung level protein
kasar 19% (Tabel 6). Ayam broiler dipelihara sampai umur 35 hari. Pakan dan air
minum diberikan adlibitum.
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap. Delapan puluh ekor ayam broiler umur 14 hari didistribusikan ke
dalam 5 kelompok perlakuan.
Masing-masing kelompok pelakuan terdiri dari 4 ulangan, dan masing-masing
ulangan terdiri dari 4 ekor broiler.
Adapun ke 5 perlakuan itu adalah sebagai
berikut :
1.
Broiler
diberi pakan tanpa EDKF sebagai kontrol
2.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 4,5 gram EDKF/kg pakan.
3.
Broiler
diberi pakan yangmengandung 9 gram EDKF/kg pakan.
4.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 13,5 gram EDKF/kg pakan.
5.
Broiler
diberi pakan yang mengandung 18 gram EDKF/kg pakan.
Bahan
|
Abu
|
Lemak
|
SK
|
Protein
|
Ca
|
P
|
Energi
|
Dedak a)
|
12,6
|
4,2
|
1,7
|
8,5
|
0,2
|
1,0
|
1810
|
Jagung a)
|
1,7
|
4
|
2,2
|
8,9
|
0,02
|
0,23
|
3321
|
Konsentrat b)
Broiler
|
-
|
6
|
5
|
41,5
|
2,72
|
1,45
|
2800
|
Minyak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9800
|
EDKF
|
- 1,5% - 25% - - -
|
||||||
Mineral Mix
|
-
|
-
|
-
|
-
|
32
|
10
|
-
|
Top Mixc)
|
|
|
|
|
32,5
|
10
|
|
Sumber
: a. Haktadi et. al (2005)
b. Konsentrat
Broiler (PT Japfa Comfeed)
c. Label Top Mix
Bahan pakan %
|
P0
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Jagung
|
57,00
|
57,05
|
56,80
|
56,50
|
56,50
|
Dedak
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
4,65
|
Konsentrat
Broiler
|
34,20
|
34,20
|
34,00
|
33,85
|
33,85
|
Minyak
Sawit
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
EDKF
|
0
|
0,45
|
0,90
|
1,35
|
1,80
|
Mineral
mixture
|
1,70
|
1,70
|
1,70
|
1,70
|
1,60
|
Topmix
|
0,50
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Garam
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
Komposisi
gizi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
ME,
Kcal/kg
|
3143
|
3153
|
3148
|
3149
|
3145
|
Protein, %
|
19,18
|
19,31
|
19,35
|
19,39
|
19,51
|
Keterangan: komposisi bahan pakan
selama penelitian
Pakan dan air minum diberikan adlibitum. Berat badan
dan konsumsi pakan ditimbang setiap minggu.
3.3.4 Sampling
Pada
akhir penelitian (umur 35 hari), 4 ekor broiler untuk setiap kelompok perlakuan
dipotong dan lemak abdominal ditimbang.
3.4 Variabel
yang diukur
Pengukuran konsumsi pakan dilakukan selama penelitian dengan
cara pengukuran setiap minggunya selama penelitian. Perhitungannya dengan cara
pakan yang diberikan (g) dikurang pakan sisa (g) kemudian dibagi jumlah ayam
(ekor).
Rumus
Konsumsi Pakan (g/e/mg) =
Berat
badan ditimbang setiap minggu.
Pengukuran pertambahan berat badan pada saat penelitian
dilakukan pengukuran untuk setiap minggunya. Perhitungannya dengan cara berat
badan akhir minggu (berat akhir) dikurang dengan berat badan minggu sebelumnya
(berat awal).
PBB
(g) = BBt (g) – BBt-1 (g)
Keterangan :
PBB = Pertambahan berat badan.
BBt = Berat badan akhir minggu
(berat akhir)
BBt-1 = Berat badan minggu sebelumnya (berat
awal)
T = Waktu pengukuran (satu minggu)
Pengukuran konversi pakan pada saat penelitian dilakukan
pengukuran untuk setiap minggunya. Perhitungannya dengan cara jumlah pakan yang
dikonsumsi (gram) dibagi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan (gram).
Konversi
pakan =
3.4.5 Lemak Abdominal
Pengukuran berat lemak abdomen dilakukan dengan cara
menimbang bantalan lemak yang menutupi rongga perut dari gizzard sampai dengan
cloaca.
Lemak
abdominal (%) =
x
100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsumsi pakan
Konsumsi pakan ayam broiler pada setiap perlakuan
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
2480
|
2793
|
2555
|
2493
|
2580ns
|
145,4
|
P1
|
2458
|
2735
|
2490
|
2585
|
2567ns
|
124,4
|
P2
|
2323
|
2475
|
2680
|
2470
|
2487ns
|
146,9
|
P3
|
2670
|
2760
|
2970
|
2393
|
2698ns
|
239,4
|
P4
|
2543
|
2705
|
2663
|
2318
|
2557ns
|
173,7
|
Keterangan : ns :
menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan
kontrol,
4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan analisis ragam yang telah
dilakukan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi pakan ayam broiler. Ini berarti bahwa ekstrak
daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial (top mix).
Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sudah dapat
menggantikan top mix. Menurut Santoso (2008) bahwa daun katuk mengandung tannin,
saponin dan flavonoid yang dapat menggantikan antibiotik, sehingga logis bila
ekstrak daun katuk fermentasi dapat
menggantikan top mix sebagai antibakteri alami.
Menurut penelitian Santoso et al. (2001) bahwa dengan pemberian
ekstrak daun katuk tidak menurunkan konsumsi pakan. Sementara Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung
daun katuk fermentasi juga tidak memberikan efek yang signifikan terhadap
konsumsi broiler. Jadi, ekstraksi daun katuk fermentasi tidak mempengaruhi
konsumsi pakan.
Grafik rataan konsumsi pakan mingguan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik rataan konsumsi pakan mingguan ayam broiler
Pada gambar 1 dapat dibaca bahwa semakin
bertambah umur ayam broiler maka semakin tinggi pula konsumsi dari ayam broiler
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zulfanita et al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur pada
ayam broiler, maka konsumsi pakan akan bertambah karena untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada minggu pertama, perlakuan P1, P3 dan P4 cenderung
lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 cenderung lebih rendah. Pada
minggu kedua perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0,
sementara P1, P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan
P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1, P2, dan P4
cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan konsumsi pakan maka pada
P3 memberikan angka konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2,
dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level
ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan konsumsi yang
kurang baik.
4.2 Berat Badan
Berat badan ayam
broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1813
|
1906
|
1725
|
1444
|
1722ns
|
199,6
|
P1
|
1842
|
1794
|
1631
|
1631
|
1725ns
|
109,4
|
P2
|
1594
|
1700
|
1825
|
1556
|
1669ns
|
120,7
|
P3
|
1831
|
1762
|
1763
|
1656
|
1753ns
|
72,3
|
P4
|
1731
|
1888
|
1781
|
1569
|
1742ns
|
132,7
|
Keterangan : ns :
menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan
kontrol,
4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak daun katuk fermentasi berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap berat badan ayam broiler. Hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed additive komersial
(top mix). Pemberian ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan
sudah dapat menggantikan top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi mengandung
tannin, flavonoid, saponin, dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pathogen, sehingga pertumbuhan broiler tidak menurun. Agus et al. (2014) menyatakan bahwa
pemberian S. androgynus terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan mikrobia
pathogen. Pemberian S. androgynus pada
hewan unggas dilaporkan dapat memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam
saluran pencernaan. Apabila dibandingkan top mix yang digunakan sebagai pakan
tambahan, maka ekstrak daun katuk fermentasi lebih baik karena tidak mengandung
antibiotik yang jika dikonsumsi oleh manusia dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
Santoso et al.
(2001) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat cenderung
meningkatkan berat badan ayam broiler. Menurut Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung
daun katuk fermentasi juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat
badan ayam broiler. Jadi, ekstraksi tepung daun katuk fermentasi juga tidak
memperbaiki berat-badan.
Grafik rataan berat badan mingguan dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar
2. Grafik rataan berat badan
mingguan ayam broiler
Pada Gambar 2. bahwa kita dapat diketahui
bahwa sejalan dengan bertambahnya umur setiap minggunya maka terjadi
peningkatan berat badan. Hasil tersebut sesuai pendapat Andriyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa
dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka berat badan ayam broiler akan
meningkat. Hasil analisis korelasi-regresi antara konsumsi dan berat diperoleh
nilai r = 0,98 dengan persamaan Y= -1127,59 +2,76X. Hal ini
berarti peningkatan berat badan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pakan.
Pada minggu pertama perlakuan P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika
dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu
kedua perlakuan P1, P3 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
P0, sementara P2 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 dan P4
cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2
cenderung lebih rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan berat badan maka pada
P3 memberikan angka berat badan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1, P2, dan
P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada level
ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan berat badan
yang baik.
4.3
Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan ayam broiler pada setiap
perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1368
|
1458
|
1273
|
999
|
1274ns
|
198,9
|
P1
|
1345
|
1349
|
1186
|
1189
|
1267ns
|
92
|
P2
|
1146
|
1268
|
1373
|
1109
|
1224ns
|
120,1
|
P3
|
1371
|
1313
|
1320
|
1189
|
1298ns
|
77,5
|
P4
|
1276
|
1435
|
1317
|
1106
|
1283ns
|
136
|
Keterangan : ns :
menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0 (Pakan kontrol),
P1 (Pakan kontrol, 4,5 g
ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk fermentasi (Sauropus androgynous) terhadap perlakuan
pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan
berat badan ayam broiler. Ini berarti ekstrak daun katuk fermentasi dapat
menggantikan feed additive komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun katuk
fermentasi dapat diberikan sebanyak 4,5 g/kg pakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santoso et al. (2005) bahwa
pada katuk mengandung zat additive alami, yang dapat menggantikan top mix yang
mengandung antibiotik didalamnya.
Jika
dibandingkan penelitian Santoso et al.
(2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi juga tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan berat badan ayam broiler. Jadi,
ekstraksi tepung daun katuk fermentasi juga tidak memperbaiki pertambahan berat
badan.
Menurut
pendapat Santoso et al. (2001) bahwa
pemberian ekstrak daun katuk dapat cenderung meningkatkan pertambahan berat
badan ayam broiler. Bahwa dengan pemberian pakan sebanyak 18 g/kg pakan dapat
menghasilkan berat badan yang optimal.
Grafik rataan pertambahan berat badan mingguan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Jika dilihat dari
gambar 3 bahwa pertambahan berat badan ayam broiler perminggunya cenderung
meningkat. Andriyanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa
dengan bertambahnya umur pada ayam broiler, maka pertambahan berat badan ayam
broiler pun akan meningkat. Pada
minggu pertama, perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
P0, sementara P1, P2 dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu kedua perlakuan
P1 dan P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P2 dan
P3 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P3 dan P4 cenderung
lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1 dan P2 cenderung lebih
rendah. Kesimpulannya dari grafik rataan pertambahan berat badan maka pada P3
memberikan angka pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan P0, P1,
P2, dan P4 secara analisis ragam berpengaruh tidak nyata (P>0,05), pada
level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 13,5 g/kg pakan menghasilkan pertambahan
berat badan yang baik.
4.4 Konversi Pakan
Konversi pakan ayam
broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1,81
|
1,91
|
2,01
|
2,5
|
2,06ns
|
0,3
|
P1
|
1,83
|
2,03
|
2,1
|
2,17
|
2,03ns
|
0,2
|
P2
|
2,03
|
1,95
|
1,95
|
2,23
|
2,04ns
|
0,1
|
P3
|
1,95
|
2,1
|
2,25
|
2,01
|
2,08ns
|
0,1
|
P4
|
1,99
|
1,89
|
2,02
|
2,09
|
2,00ns
|
0,1
|
Keterangan : ns : menunjukkan
perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan kontrol, 4,5
g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katukfermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 g ekstrak daun katukfermentasi/ kg pakan)
Berdasarkan hasil analisis ragam yang telah dilakukan bahwa perlakuan
pakan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi
pakan. Ini berarti bahwa ekstrak daun katuk fermentasi dapat menggantikan feed
additive komersial khususnya top mix. Ekstrak daun katuk fermentasi dapat
diberikan sebanyak 4,5 g/kg pakan. Menurut pendapat Santoso (2008) yang
menyatakan bahwa daun katuk mengandung anti bakteri yang baik untuk kesehatan
manusia.
Menurut
pendapat Gusmawati (2000) pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/kg ransum
selama 2 minggu tidak menurunankan konversi pakan. Jika dibandingakan dengan
penelitian Santoso et al. (2015)
bahwa tepung daun katuk fermentasi juga tidak dapat memperbaiki konversi pakan
pada ayam broiler.
Grafik rataan konversi pakan mingguan dapat
dilihat pada Gambar 4.
Pada
gambar 4 bahwa dapat diketahui bahwa konversi pakan rata-rata ayam broiler
setiap perlakuan tidak konsisten pada setiap minggunya selama penelitian. Pada minggu pertama, perlakuan P1, P2, P3 dan
P4 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0. Pada minggu kedua
perlakuan P3 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0, sementara P1,
P2, dan P4 cenderung lebih rendah. Pada minggu ketiga perlakuan P1, P2, P3 dan
P4 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan P0. Kesimpulannya dari
grafik rataan konversi pakan maka pada P4 memberikan angka konversi pakan yang
lebih baik dibandingkan P0, P1, P2, dan P3 secara analisis ragam berpengaruh
tidak nyata (P>0,05), pada level ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 18
g/kg pakan menghasilkan konversi pakan yang baik.
4.5
Lemak Abdominal
Lemak abdominal
ayam broiler pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
11.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
SD
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
P0
|
1.63
|
3.10
|
1.48
|
1.70
|
1.98ns
|
0.8
|
P1
|
1.31
|
2.01
|
1.38
|
1.32
|
1.51ns
|
0.3
|
P2
|
1.14
|
1.26
|
1.78
|
2.02
|
1.55ns
|
0.4
|
P3
|
1.36
|
1.43
|
2.32
|
1.23
|
1.59ns
|
0.5
|
P4
|
1.37
|
1.29
|
1.57
|
1.19
|
1.35ns
|
0.2
|
Keterangan : ns
: menunjukkan bahwa perlakukan yang diberikan berbeda tidak nyata ( P>0,05)
P0
(Pakan kontrol), P1 (Pakan
kontrol,
4,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan),
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
P2 (Pakan kontrol, 9 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P3 (Pakan kontrol, 13,5 g ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan), P4 (Pakan kontrol, 18 gram ekstrak daun katuk fermentasi/ kg pakan)
Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak daun katuk fermentasi
dalam pakan yang diberikan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap lemak abdominal pada ayam broiler. Meskipun berpengaruh tidak nyata,
terdapat kecenderungan menurunnya lemak abdominal pada P1, P2, P3, dan P4
sebanyak masing-masing yaitu 23,7%, 21,7%, 19,7%, dan 31,8%. Dapat disimpulkan
bahwa pemberian paling baik dalam penurunan lemak pada level pemberian ekstrak
daun katuk fermentasi sebanyak 18g/kg. Santoso (1999) bahwa turunnya akumulasi lemak
disebabkan oleh zat aktif yang terkandung dalam daun katuk. Daun katuk
mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang mempunyai khasiat untuk
menurunkan akumulasi lemak pada ayam broiler. Semakin tinggi pemberian ekstrak daun
katuk fermentasi maka presentase lemak abdominal yang terkandung dalam ayam
broiler juga akan turun. Hasil analisis korelasi-regresi antara level ekstrak
daun katuk fermentasi dan lemak abdominal diperoleh nilai r = -0,36 dengan
persamaan Y= 1,8 – 0,025X. Hal ini berarti semakin tinggi level ekstrak daun
katuk fermentasi semakin turun lemak abdominal.
Menurut
pendapat Santoso (2001), bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 4,5 g/kg
pakan memberikan akumulasi lemak yang paling rendah. Penelitian ini juga di
perkuat dengan pemberian ekstrak daun katuk kedalam pakan sebanyak 18 g/kg
pakan mampu menurunkan akumulasi lemak. Santoso et al. (2015) bahwa pemberian tepung daun katuk fermentasi tidak
memberikan efek yang signifikan pada lemak abdominal ayam broiler. Ini berarti
bahwa ekstraksi tepung daun katuk fermentasi cukup efektif untuk menurunkan
lemak abdominal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian
ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg pakan sampai 18 g/kg pakan
dapat menggantikan feed additif komersial (top mix). Pemberian ekstrak daun
katuk fermentasi sebanyak 18 g/kg pakan dapat menurunkan lemak abdominal
sebesar 31,8 %.
5.2 Saran
Peternak
disarankan untuk menggunakan ekstrak daun katuk fermentasi sebanyak 4,5 g/kg
pakan sebagai pengganti feed additive komersial (top mix).
DAFTAR PUSTAKA
Agus, P. A. S.,
U, Santoso., M. C. Lee dan F. H. Nan. 2014. Effects of dietary katuk
(Sauropus androgynus L. Merr) on growth, non-specific immune and diseases
resistance against Vibrio alginolyticus infection in grouper Epinephelus coioides.
Departement of aguaculture, National Taiwan Ocean University, Keelung 20224,
Taiwan, ROC.
(Sauropus androgynus L. Merr) on growth, non-specific immune and diseases
resistance against Vibrio alginolyticus infection in grouper Epinephelus coioides.
Departement of aguaculture, National Taiwan Ocean University, Keelung 20224,
Taiwan, ROC.
Agustal, A., M. Harapini dan Chairul. 1997. Analisis
kandungan kimia ekstrak daun katuk
(Sauropus androgynus) (L) Merr dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat lndonesia
3 (3): 3l-33.8.
(Sauropus androgynus) (L) Merr dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat lndonesia
3 (3): 3l-33.8.
Andarwulan, N., Ratiny, A.S., Bradley, B. and Hanny,
W. 2010. Flavonoid content and
antioxidant activity of vegetable from Indonesia. Food Chemistry 121(4): 1231-
1235.
antioxidant activity of vegetable from Indonesia. Food Chemistry 121(4): 1231-
1235.
Andriyanto, A.
S. Satyaningtijas, R. Yufiandri, R. Wulandari, V. M. Darwin, dan S. N. A.
Siburian. 2014. Performa dan kecernaan pakan ayam broiler yang diberi hormon
testosteron dengan dosis bertingka. Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor
Siburian. 2014. Performa dan kecernaan pakan ayam broiler yang diberi hormon
testosteron dengan dosis bertingka. Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor
Ari, M. M., B.
A. Ayanwale, T. Z. Adama and E. A. Olatunji. 2012. Effects of different
fermentation methods on the proximate composition, amino acid profile and some antinutritional factors (ANFs) in soyabeans (Glycine max). Fermentation
Technology and Bioengineering 2 (2012) 6-13.
fermentation methods on the proximate composition, amino acid profile and some antinutritional factors (ANFs) in soyabeans (Glycine max). Fermentation
Technology and Bioengineering 2 (2012) 6-13.
Ariharan, Meena Devi, V.N., and P. Nagendra. 2013.
Nutritive value and potential uses of
Leucaena leucocephala as biofuel- A Mini Review. Res. J. of Pharm, Biol. And
Chem. Sci. Vol. 4. Issue1:515-521.
Leucaena leucocephala as biofuel- A Mini Review. Res. J. of Pharm, Biol. And
Chem. Sci. Vol. 4. Issue1:515-521.
Arman,
2008, Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Cahyono, B. 2001. Ayam
Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Fouad A. M, El-Senousey H. K.
2014. Nutritional factors affecting abdominal fat
depositionin poultry: A review. Asian-Australasian J Anim Sci. 27:1057-1068.
depositionin poultry: A review. Asian-Australasian J Anim Sci. 27:1057-1068.
Gusmawati. 2000.
Pengaruh lama pemberian eksrak daun katuk (Sauropus
androgynus)
terhadap performa dan organ dalam serta over feed cost broiler. Skripsi S1.
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
terhadap performa dan organ dalam serta over feed cost broiler. Skripsi S1.
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Gothandam K. M., Nalini E.,
Karthikeyan S., dan Shin J. S. 2010. OsPRP3, a flower specific
proline-rich protein of rice, determines extracellular matrix structure of floral
organs and its overexpression confers cold-tolerance. Plant Mol. Biol. 72 125–135.
10.1007/S11103-009-9557-Z.
proline-rich protein of rice, determines extracellular matrix structure of floral
organs and its overexpression confers cold-tolerance. Plant Mol. Biol. 72 125–135.
10.1007/S11103-009-9557-Z.
Hartadi, H.,S.
Reksohadiprodjo & A. D. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ibrahim, S. S.,
Habiba, R. A., Shatta, A. A. and H. E. Embaby. 2002, Effect of soaking,
germination, cooking and fermentation on antinutritional factors in cowpeas.
Nahrung, 46: 92-95.
germination, cooking and fermentation on antinutritional factors in cowpeas.
Nahrung, 46: 92-95.
Lahay,
N. dan Rinduwati.2007. Meningkatkan nilai nutrisi feses broiler dan feses puyuh
dengan teknologi efektivitas mikroorganisme sebagai bahan pakan broiler.
Proseding. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
dengan teknologi efektivitas mikroorganisme sebagai bahan pakan broiler.
Proseding. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Mendels, M., J.
Weber., and R. Parizek. 1990. Enhanced cellulose production by mutant of
Trichoderma viride. J. Appl. Microbiol., 21: 1-5
Trichoderma viride. J. Appl. Microbiol., 21: 1-5
Oei, K.N. 1987.
Daftar Analisis Bahan Makanan. Unit Gizi Diponogoro. Badan Lit-
bangkes. Depkes.Jakarta.Februari 1987. 18-19
bangkes. Depkes.Jakarta.Februari 1987. 18-19
Olagunju, A. I.
and B. O. T. Ifesan. 2013. Changes in nutrient and antinutritional contents
of sesame seeds during fermentation. JMBFS, 2 (6): 2407-2410.
of sesame seeds during fermentation. JMBFS, 2 (6): 2407-2410.
Olaniyi, L. O.
and S. Mehhizadeh. 2013. Effect of traditional fermentation as a
pretreatment to decrease the antinutritional properties of rambutan seed (
Nephelium lappaceum l.). International conference on food and agricultural
sciences IPCBEE vol.55 (2013) © (2013) IACSIT Press, Singapore DOI:
10.7763/IPCBEE.2013. V55. 13.
pretreatment to decrease the antinutritional properties of rambutan seed (
Nephelium lappaceum l.). International conference on food and agricultural
sciences IPCBEE vol.55 (2013) © (2013) IACSIT Press, Singapore DOI:
10.7763/IPCBEE.2013. V55. 13.
Oktaviana, D,
Zuprizal, dan Suryanto E. 2010. Pengaruh penambahan ampas virgin
coconut oil dalam ransum terhadap performans dan produksi karkas ayam broiler.
Bul Peternak. 34:159-164.
coconut oil dalam ransum terhadap performans dan produksi karkas ayam broiler.
Bul Peternak. 34:159-164.
Paultry Indonesia,
2012. Performa Ayam Pedaging. Medion. Bandung
Rasyaf, M. 2006.
Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ravindra. 2012.
Probiotic and prebiotic in animal feeding for safe food production. Intl. J.
Food microbial. 14:515-528.
Food microbial. 14:515-528.
Santoso, U.
1999. Mengenal daun katuk sebagai feed additive pada broiler. Poultry
Indonesia, 242: 59-60
Indonesia, 242: 59-60
Santoso, U., S.
Ohtani, K. Tanaka dan M. Sakaida. 1999. Dried Bacillus subtilis culture
reduced ammonia gas release in poultry house. Asian Aust. J. Anim. Sci.
12:806809.
reduced ammonia gas release in poultry house. Asian Aust. J. Anim. Sci.
12:806809.
Santoso. U. 2001.
Effect of Sauropus androgynus extrak on the carcass quality of broiler
chicks. buletin ilmu peternakan dan perikanan. 7:22-28.
chicks. buletin ilmu peternakan dan perikanan. 7:22-28.
Santoso, U. and
Sartini. 2001. Reduction of fat accumulation in broiler chickens by
Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. Asian-Aust. J. anim. Sci.
14: 346-350.
Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. Asian-Aust. J. anim. Sci.
14: 346-350.
Santoso, U., T. Suteky, Heryanto, dan Sunarti. 2001.
Pengaruh cara pemberian ekstrak
daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap penampilan dan kualitas karkas
ayam pedaging, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia.
daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap penampilan dan kualitas karkas
ayam pedaging, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia.
Santoso, U., J.
Setianto and T. Suteky. 2005. Effect of Sauropus
androgynus (katuk)
extrack on egg production and lipid metabolism in layers.. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 18: 364.
extrack on egg production and lipid metabolism in layers.. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 18: 364.
Santoso, H. B.,
2008. Ragam dan Khasiat
Tanaman Obat, Agromedia Pustaka,
Cetakan
I. Jakarta.
I. Jakarta.
Santoso.
Y. Fenita dan Kususiyah. 2008. Penggunaan ekstrak air daun katuk sebagai
feed additive untuk memproduksi meat designers yang efisien. Laporan Riset
Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
feed additive untuk memproduksi meat designers yang efisien. Laporan Riset
Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Santoso, U. 2014. Tumbuhan
Multi Khasiat. Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Santoso, U., Y. Fenita
and Kususiyah, 2015. The effect of fermented Sauropus
androgynus leaves on performance, fat deposition and carcass quality in broiler
chicken. International Seminar on promoting local Resources for Food and Health,
October 12-13, 2015, Bengkulu University, Bengkulu, Indonesia.
androgynus leaves on performance, fat deposition and carcass quality in broiler
chicken. International Seminar on promoting local Resources for Food and Health,
October 12-13, 2015, Bengkulu University, Bengkulu, Indonesia.
Shu, S. J., L.
Baining, T. Pingfang, L. Qiang, Z. Youxi
and G. Xizhen. 2010. Effect of
microbial fermentation on the extraction of alkaloids from radix aconite and
aconite. Journasl of Beijing University of Chemical Technology (Natural Science
Edition). 2010-3. http://en.cnki.com.. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam
22.00 WIB.
microbial fermentation on the extraction of alkaloids from radix aconite and
aconite. Journasl of Beijing University of Chemical Technology (Natural Science
Edition). 2010-3. http://en.cnki.com.. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam
22.00 WIB.
Siregar.
A. P. 2005. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie Group.
Jakarta.
Jakarta.
Standar
Nasional Indonesia (SNI). 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa akhir
http://ditjennak.go.id. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam 22.17 WIB.
http://ditjennak.go.id. Diakses pada tanggal 10 April 2016 jam 22.17 WIB.
Sukaryana, Y.,
U. Atmomarsono, V. D. Yunianto dan E. Supriyatna. 2014. Peningkatan
nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran
bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP, 1 (3): 167-172.
nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran
bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP, 1 (3): 167-172.
Susi. 2012. Komposisi
kimia dan asam amino pada tempe kacang Negara. Agroscientiae,
19 (1): 28-36.
19 (1): 28-36.
Tamalluddin, F.
2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Jakarta.
Tobri, M. 2005. Kualitas
fisik dan organoleptik daging ayam broiler yang
ransumnya diberi penambahan minyak ikan yang mengandung omega-3. Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
ransumnya diberi penambahan minyak ikan yang mengandung omega-3. Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Tumuva E, dan A.
Teimouri . 2010. Fat deposition in the broiler chicken: A review. Sci
Agric Bohem. 41:121-128.
Agric Bohem. 41:121-128.
Wahyu, J. 2004.
Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Widodo, I. 2009.
Pengaruh penambahan mineral supplement “biolife” dalam pakan
terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Skipsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Skipsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Witantra. 2011. Pengaruh
pemberian lisin dan metionin terhadap persentase karkas dan
lemak abdominal pada ayam pedaging asal induk bibit mudadan induk bibit
tua. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya.
lemak abdominal pada ayam pedaging asal induk bibit mudadan induk bibit
tua. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya.
Yahya, Y., A.
Nasoetion dan F. Anwar. 1992. Pengaruh pengolahan da kandungan vitamin
C terhadap penyerapan zat besi (Fe) denga cara in vitro pada beberapa jenis satuan
daun hijau. Media Gizi dan Keluarga 16 (1):11-17.
C terhadap penyerapan zat besi (Fe) denga cara in vitro pada beberapa jenis satuan
daun hijau. Media Gizi dan Keluarga 16 (1):11-17.
Zulfanita. , R. Eny
dan D. P. Utami. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian. 7 (1) : 59-67
pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian. 7 (1) : 59-67
No comments:
Post a Comment