Thursday, November 9, 2017

Sistem Integrasi Sapi Sawit di Provinsi Bengkulu

Pengembangan Rencana Strategi Integrasi Peternakan dan Perkebunan
Di Daerah Bengkulu


 









OLEH :
Nama: M Inggit Fauzi
NRM : D251170121





Sekolah Pascasarjana
Departemen Ilmu Nutrisi dan Pakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
2017


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Program pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu mengarah kepada Rencana Strategis Pemerintahan Daerah  yang sesuai dengan Visi daerah, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, sejahtera, beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dengan ditopang agribisnis dan agroindustri menuju masyarakat madani (BAPPEDA Provinsi Bengkulu, 2002). Agribisnis dan agroindustri sebagai lokomotif pembangunan dalam rencana strategi di tetapkan di Provinsi Bengkulu. Hal ini di latar belakangi karena Provinsi Bengkulu memiliki kekuatan utama yaitu pada sumber alam, peternakan, perkebunan dan pertanian. Sehingga sangat berpotensi untuk melakukan rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan di Provinsi Bengkulu.
      Permintaan daging nasional menunjukkan data yang meningkat, dalam kurung waktu 2011 hingga 2012. Permintaan daging ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) sebesar 605.880,79 ton pada tahun 2010 , 1.042.055,65 pada tahun 2011, dan 1.241.285,8 pada tahun 2012. Dimana persentase dari konsumsi dari daging sapi dan kambing yaitu 31.2 % dan 29.9 % dari jumlah keseluruhan ruminansia.
      Jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu dari tahun 2010 sampai 2011 yaitu 1.722,1, 1.753, dan 1.783,7 jiwa setara dengan 15.387 ekor dengan asumsi peningkatan jumlah penduduk Provinsi Bengkulu 2,71%/tahun dengan tingkat konsumsi daging mencapai 2,70 kg/kapita/tahun. Bahwasannya data jumlah konsumsi daging pada setiap tahunnya meningkat hingga tahun 2017 sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk yang ada di provinsi Bengkulu. Sehingga perlu ada peningkatan produksi daging di Provinsi Bengkulu dengan berbagai trobosan baru sehingga dapat mencukupi kebutuhan daging di Provinsi Bengkulu. Peningkatan jumlah konsumsi daging di provinsi Bengkulu tersebut merupakan suatu tantangan yang selanjutnya di jadikan peluang dalam pengembangan meningkatkan komoditi sapi dan kambing khususnya. Pemerintah Provinsi Bengkulu juga telah menetapkan bahwa komoditas unggulan Provinsi Bengkulu yaitu sapi potong. Dan dengan kondisi agroklimat dan potensi sumber daya alam Provinsi Bengkulu menjadi poin penting untuk mengembangkan ternak tersebut.
      Membangun peternakan di Provinsi Bengkulu merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pembangunan perkebunan di Provinsi Bengkulu khususnya, ini juga dapat menjadi terobosan baru untuk masyarakat di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian. Hal ini semakin peting bila dikaikan dengan program swasembada  daging pada tahun 2014. Program swasembada daging merupakan adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi daging meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging yang terus meningkat terus. Sehingga kita memerlukan terobosan untuk menangulangi permasalahan ini dengan salah satunya yaitu dengan strategi integrasi peternakan dan perkebunan secara sistematis di Provinsi Bengkulu. Dengan adanya terobosan ini harapannya dapat mengurangi impor daging khususnya untuk memenuhi kebutuhan daging di Provinsi Bengkulu.  

1.2  Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu :
1.      Lahan yang tersedia belum dapat termanfaatkan dengan optimal karena hanya digunakan untuk satu jenis usahatani walaupun sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk usahatani ternak secara terintegrasi.
2.      Terdapat kesenjangan antara permintaan daging dengan produksi daging yang ada di Provinsi Bengkulu.
1.3  Tujuan
      Adapun tujuan rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan di Provinsi Bengkulu yaitu :
1.      Meningkatkan manajemen produksi dalam pengembangan peternakan dan perkebunan di Provinsi Bengkulu
2.      Masyarakat dapat mengetahui prospek pengembangan system integrasi peternakan dan perkebunan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Potensi Lahan
            Luas Lahan Provinsi Bengkulu yaitu 1.977.098 Ha. Yang digunakan untuk lahan perkebunan seluas 293.495 Ha. Lahan perkebunan kelapa sawit sekitar 84.409 ha, yang terdiri dari 38.336 ha Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), 45.873 ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 200 ha tanaman berumur tua. Luas perkebunan kelapa sawit ini diperkirakan akan Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi terus meningkat (Disbun  Provinsi Bengkulu, 2004).
2.2  Potensi Pasar
            Potensi pasar untuk peternakan dapat dilihat dari data impor daging yang secara terus menerus setiap tahunnya. Sehingga potensi untuk perkembangan peternakan di daerah Provinsi Bengkulu sangat berpotensial besar. Berdasarkan data statistik di Provinsi Bengkulu masih terdapat kekurangan daging sebanyak 900 – 2.114 ton. Sehingga dengan adanya peningkatan peternakan khususnya sapi dan kambing dapat mengurangi impor daging dari luar negeri. Selain itu apabila program ini bisa berjalan dengan baik maka Bengkulu bahkan juga dapat mengekspor ke provinsi tetangga seperti Jambi, Riau, dan lainnya. Sehingga ini dapat dijadikan peluang untuk perkebunan kelapa sawit menambah pendapatan mereka.
2.3  Daya Tampung Ternak di Perkebunan Kelapa Sawit
            Data untuk perkebunan kelapa sawit yaitu seluas 84.409 Ha. Daya tampung ternak diperkebunan kelapa sawit per hektar yaitu 1-3 ekor/hektar. Dapat dilihat dari data tersebut maka ternak yang dapat dikembangkan yaitu sekitar 253.227 ekor sapi. Dalam upaya memenuhi permintaan daging kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, maka pengembangan ternak sapi akan diprioritaskan, karena Pemerintah Propinsi Bengkulu telah mencanangkan dan menetapkan ternak sapi potong sebagai Komoditas Unggulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, ternak sapi potong juga diprogramkan untuk memasok provinsi tetangga.
2.4  Tawaran Solusi
            Dari rumusan masalah yang telah dibuat maka terbentuklah suatu pemikiran untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan Pengembangan rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit. Sehingga dapat mengurangi penyediaan lahan hijauan untuk ternak sapi tersebut.
2.5  Rencana Implementasi
            Untuk menunjang rencana integrasi ini agar terlaksana dengan baik maka perlu adanya suatu perencanaan atau tahap-tahap yang perlu di tempuh yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
1.      Jangka pendek
      Langkah awal yang perlu dilakukan yaitu pemerintah provinsi Bengkulu perlu adanya memberikan pinjaman lunak dengan masyarakat yang memiliki perkebunan kelapa sawit dalam bentuk bibit sapi. Selanjunya dilakukan suatu kebijakan dan pendampingan dalam program integrasi tersebut. Sehingga masyarakat dapat bisa berkonsultasi dengan mudah untuk mensukseskan program tersebut.
2.      Jangka Menengah
      Pada tahap jangka menengah ini dikembangkan suatu konsep kawasan peternkaan sapi yang terintegrasi dengan system usaha tani perkebunan kelapa sawit. Pada tahap ini diharapkan populasi dari ternak dapat meningkat sehingga dapat diterapkan system pemberdayaan usaha peternakan sapi, seperti pengembangan pembibitan, pos kesehatan hewan, manajemen dan pemasaran produk peternakan.
3.      Jangka Panjang
      Pada tahap jangka panjang yaitu pengembangan industri pertanian berbasis peternkaan dan perkebunan. Jangka panjang ini dapat tercapai apabila jangka pendek dan jangka menengah sudah terlaksana dengan baik yaitu dengan membentuk suatu system kawasan peternakan/perkebunan dengan system pemberdayaan usaha yang memadai. Sistem industri pertanian ini tentu saja membutuhkan modernisasi pertanian (peternakan), untuk itu diperlukan pengembangan manajemen profesional yang melibatkan petani sebagai subyeknya.  Pada saat yang bersamaan dikembangkan juga 6 teknologi tepat guna, misalnya teknologi transportasi, pengolahan limbah dan kotoran ternak, teknologi pemotongan ternak dan lain-lain.  Agar modernisasi pertanian dapat berjalan dengan sebaik-baiknya maka pemberdayaan petani menjadi mutlak dilakukan, yaitu upaya meningkatkan kemampuan petani dalam usaha budidaya pertaniannya yang berorientasi agribisnis.
2.6  Sistem Integrasi di Perkebunan Rakyat dan Swasta
            Integrasi merupakan suatu usaha peternakan sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit yang saling berhubungan dan menjadi alternative usaha cow-self operation. Apabila perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat yang ada di provinsi Bengkulu maka akan mengurangi ketergantungan Provinsi Bengkulu pada sapi impor. Sistem intregrasi sapi-sawit sangat berpeluang untuk dikembangkan di provinsi Bengkulu. Kelapa sawit telah berkembang di kalangan petani (rakyat) yang sebagian besar ditanam di lahan kering Podsolid Merah Kuning (PMK). Luas area Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 38.336 ha dan Tanaman Menghasilkan (TM) mencapai 45.873 ha. Peta sebaran luas pertanaman sawit rakyat di Provinsi Bengkulu terdapat di empat kecamatan yaitu di Kecamatan Giri Mulya dan Teras Terunjam, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kecamatan Talo serta Kecamatan Sukaraja, Model Sistem Terpadu pada perkebunan rakyat di Bengkulu disesuaikan dengan rata-rata kepemilikan lahan sawit per keluarga. Pada saat ini, kepemilikan lahan sawit rakyat rata–rata adalah 2 ha untuk tanaman yang menghasilkan dan 1 ha untuk tanaman yang belum menghasilkan. Dengan luas lahan 3 ha maka jumlah sapi yang dibutuhkan untuk integrasi adalah 3 ekor terdiri atas 1 ekor sapi jantan untuk pengangkut TBS dan 2 ekor sapi betina untuk perkembangbiakan. Apabila sistem integrasi tersebut dapat terlaksana dengan baik maka masyarakat akan mendapatkan  sumber pendapatan tambahan seperti hasil penjualan sapi, pupuk anorganik dari sapi, pengurangan biaya angkut TBS yang diganti dengan sapi dan rumput dan gulma yang tumbuh di sekitar sawit karena dimakan oleh ternak.
2.7  Manfaat dan Keuntungan Sistem Integrasi Sapi-Perkebunan Sawit.
            Pengembangan rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan di provinsi Bengkulu antara perkebunan sawit dan sapi memiliki prospek yang sangan baik untuk di kembangkan. Dimana dengan memanfaatkan ternak maka dapat mengurangi tenaga kerja manusia dalam mengangkut hasil panen TBS. Sebelum menerapkan sistem integrasi, pada areal kebun 5000 ha dibutuhkan tenaga kerja panen sebanyak 600 orang, namun dengan sistem integrasi hanya diperlukan pemanen sebanyak 400 orang (Sitompul, 2003). Sehingga tenaga kerja yang di perlukan untuk seluas 84.409 ha yaitu 10.169 orang dan bila mnerapkan sistem ini hanya memperkerjakan 6.752 orang ini tentu sudah membuat efek yang signifikan dalam segi menghemat tenaga kerja. Apabila dalam sebulan tenaga kerja dibayar Rp. 1.000.000,-  maka sudah menghemat Rp. 3.417.039.036,-/bulan. Efisiensi penggunaan pupuk ternak sapi akan meningkat pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk kandang bagi perkebunan sawit. Dimana 1 ekor ternak ternak diasumsikan berat 250 kg dan dan dalam sehari dapat menghasilkan 6,6% dari berat badan dalam sehari. Maka kita dapat mengetahui bahwa akan menghasilkan 4.178.246 kg feses per harinya. Keuntungan yang diperoleh petani Sistem Terpadu akan bertambah bila diperhitungkan penghematan dalam pemakaian pupuk kandang untuk sawit dan pemanfaatan limbah sawit untuk pakan sapi. Hal ini menunjukan adanya efisiensi pemupukan dan biaya pakan sapi (Gunawan et al., 2004).



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam pembuatan sistem integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit yaitu :
·         Dapat mendukung pengembangan ternak sapi potong agar dapat memenuhi kebutuhan daging di provinsi Bengkulu.
·         Dengan pengembangan rencana strategis integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit terbukti mapu memberikan penghasilan tambahan dari efek positif sistem integrasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Bappeda  Provinsi  Bengkulu. 2002. Rencana Strategis Pembangunan Provinsi Bengkulu
Dinas Perkebunan provinsi Bengkulu. 2013. Data Statistik Luas Areal dan Produksi Perkebunan
            Besar Swasta menurut Lokasi, Komoditi dan Keadaan Tanaman. Bengkulu
Dinas  Peternakan Dan  Kesehatan  Hewan Propinsi  Bengkulu. 2004. Prospek Pengembangan
            Sapi Potong di Propinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi
            Bengkulu.  Bengkulu. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004
Gunawan, B. Hermawan, Sumardi Dan  E.P. Praptanti. 2004. Keragaan Model Pengembangan
            Integrasi Sapi–Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi  Bengkulu. Makalah
            disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak di Denpasar, Bali
            pada Tanggal 20–22 Juli 2004.
Diwyanto, K., D. Sitompul, I. Manti, I.W. Mathius dan Soentoro. 2003. Pengkajian
            Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Prosiding Lokakarya
            Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Bengkulu, 9–10 September
            2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT.
            Agricinal.



LAMPIRAN
Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Bengkulu (2010-2015)

Tabel 2. Populasi ternak ruminansia di Propinsi Bengkulu
Sumber:   Dinas Peternakan dan   Kesehatan   Hewan   Propinsi   Bengkulu (2004) Lokakarya
Nasional Sapi Potong 2004

Tabel 3. Data Statistik Luas Areal dan Produksi Perkebunan Besar Swasta menurut Lokasi, Komoditi dan Keadaan Tanaman di Provinsi Bengkulu 2013


Tabel 4. Pemanfaatan lahan di Propinsi Bengkulu dan luasnya

No comments:

Post a Comment