Pengembangan Rencana Strategi
Integrasi Peternakan dan Perkebunan
Di Daerah Bengkulu
Di Daerah Bengkulu
OLEH :
Nama: M Inggit Fauzi
NRM : D251170121
Sekolah
Pascasarjana
Departemen Ilmu
Nutrisi dan Pakan
Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor
2017
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program
pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu mengarah kepada Rencana Strategis
Pemerintahan Daerah yang sesuai dengan
Visi daerah, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, sejahtera, beriman dan
bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja
yang tinggi, disiplin dengan ditopang agribisnis dan agroindustri menuju
masyarakat madani (BAPPEDA Provinsi Bengkulu, 2002). Agribisnis dan
agroindustri sebagai lokomotif pembangunan dalam rencana strategi di tetapkan
di Provinsi Bengkulu. Hal ini di latar belakangi karena Provinsi Bengkulu
memiliki kekuatan utama yaitu pada sumber alam, peternakan, perkebunan dan
pertanian. Sehingga sangat berpotensi untuk melakukan rencana strategi
integrasi peternakan dan perkebunan di Provinsi Bengkulu.
Permintaan
daging nasional menunjukkan data yang meningkat, dalam kurung waktu 2011 hingga
2012. Permintaan daging ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) sebesar
605.880,79 ton pada tahun 2010 , 1.042.055,65 pada tahun 2011, dan 1.241.285,8
pada tahun 2012. Dimana persentase dari konsumsi dari daging sapi dan kambing
yaitu 31.2 % dan 29.9 % dari jumlah keseluruhan ruminansia.
Jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu dari tahun 2010 sampai
2011 yaitu 1.722,1, 1.753, dan 1.783,7 jiwa setara dengan 15.387 ekor dengan
asumsi peningkatan jumlah penduduk Provinsi Bengkulu 2,71%/tahun dengan tingkat
konsumsi daging mencapai 2,70 kg/kapita/tahun. Bahwasannya data jumlah konsumsi
daging pada setiap tahunnya meningkat hingga tahun 2017 sesuai dengan
peningkatan jumlah penduduk yang ada di provinsi Bengkulu. Sehingga perlu ada
peningkatan produksi daging di Provinsi Bengkulu dengan berbagai trobosan baru
sehingga dapat mencukupi kebutuhan daging di Provinsi Bengkulu. Peningkatan
jumlah konsumsi daging di provinsi Bengkulu tersebut merupakan suatu tantangan
yang selanjutnya di jadikan peluang dalam pengembangan meningkatkan komoditi
sapi dan kambing khususnya. Pemerintah Provinsi Bengkulu juga telah menetapkan
bahwa komoditas unggulan Provinsi Bengkulu yaitu sapi potong. Dan dengan
kondisi agroklimat dan potensi sumber daya alam Provinsi Bengkulu menjadi poin
penting untuk mengembangkan ternak tersebut.
Membangun
peternakan di Provinsi Bengkulu merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan
pembangunan perkebunan di Provinsi Bengkulu khususnya, ini juga dapat menjadi
terobosan baru untuk masyarakat di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian. Hal ini semakin peting bila dikaikan dengan
program swasembada daging pada tahun
2014. Program swasembada daging merupakan adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi
daging meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging yang terus
meningkat terus. Sehingga kita memerlukan terobosan untuk menangulangi
permasalahan ini dengan salah satunya yaitu dengan strategi integrasi
peternakan dan perkebunan secara sistematis di Provinsi Bengkulu. Dengan adanya
terobosan ini harapannya dapat mengurangi impor daging khususnya untuk memenuhi
kebutuhan daging di Provinsi Bengkulu.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu :
1.
Lahan yang
tersedia belum dapat termanfaatkan dengan optimal karena hanya digunakan untuk
satu jenis usahatani walaupun sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk usahatani
ternak secara terintegrasi.
2.
Terdapat
kesenjangan antara permintaan daging dengan produksi daging yang ada di Provinsi
Bengkulu.
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan di Provinsi
Bengkulu yaitu :
1.
Meningkatkan
manajemen produksi dalam pengembangan peternakan dan perkebunan di Provinsi
Bengkulu
2.
Masyarakat dapat
mengetahui prospek pengembangan system integrasi peternakan dan perkebunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Potensi Lahan
Luas Lahan Provinsi Bengkulu yaitu 1.977.098 Ha.
Yang digunakan untuk lahan perkebunan seluas 293.495 Ha. Lahan perkebunan
kelapa sawit sekitar 84.409 ha, yang terdiri dari 38.336 ha Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM), 45.873 ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 200 ha tanaman
berumur tua. Luas perkebunan kelapa sawit ini diperkirakan akan Lokakarya
Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi terus meningkat (Disbun
Provinsi Bengkulu, 2004).
2.2
Potensi Pasar
Potensi pasar untuk peternakan dapat dilihat dari
data impor daging yang secara terus menerus setiap tahunnya. Sehingga potensi
untuk perkembangan peternakan di daerah Provinsi Bengkulu sangat berpotensial
besar. Berdasarkan data statistik di Provinsi Bengkulu masih terdapat
kekurangan daging sebanyak 900 – 2.114 ton.
Sehingga dengan adanya peningkatan peternakan khususnya sapi dan kambing dapat
mengurangi impor daging dari luar negeri. Selain itu apabila program ini bisa
berjalan dengan baik maka Bengkulu bahkan juga dapat mengekspor ke provinsi
tetangga seperti Jambi, Riau, dan lainnya. Sehingga ini dapat dijadikan peluang
untuk perkebunan kelapa sawit menambah pendapatan mereka.
2.3
Daya Tampung Ternak di Perkebunan Kelapa Sawit
Data untuk perkebunan kelapa sawit yaitu seluas
84.409 Ha. Daya tampung ternak diperkebunan kelapa sawit per hektar yaitu 1-3
ekor/hektar. Dapat dilihat dari data tersebut maka ternak yang dapat dikembangkan
yaitu sekitar 253.227 ekor sapi. Dalam upaya memenuhi
permintaan daging kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, maka pengembangan ternak
sapi akan diprioritaskan, karena Pemerintah Propinsi Bengkulu telah
mencanangkan dan menetapkan ternak sapi potong sebagai Komoditas Unggulan. Selain
untuk memenuhi kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, ternak sapi potong juga
diprogramkan untuk memasok provinsi tetangga.
2.4 Tawaran Solusi
Dari rumusan masalah yang telah dibuat maka
terbentuklah suatu pemikiran untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan Pengembangan
rencana strategi integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit. Sehingga
dapat mengurangi penyediaan lahan hijauan untuk ternak sapi tersebut.
2.5 Rencana
Implementasi
Untuk menunjang rencana integrasi ini agar
terlaksana dengan baik maka perlu adanya suatu perencanaan atau tahap-tahap
yang perlu di tempuh yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
1.
Jangka pendek
Langkah
awal yang perlu dilakukan yaitu pemerintah provinsi Bengkulu perlu adanya
memberikan pinjaman lunak dengan masyarakat yang memiliki perkebunan kelapa
sawit dalam bentuk bibit sapi. Selanjunya dilakukan suatu kebijakan dan
pendampingan dalam program integrasi tersebut. Sehingga masyarakat dapat bisa
berkonsultasi dengan mudah untuk mensukseskan program tersebut.
2.
Jangka Menengah
Pada
tahap jangka menengah ini dikembangkan suatu konsep kawasan peternkaan sapi
yang terintegrasi dengan system usaha tani perkebunan kelapa sawit. Pada tahap
ini diharapkan populasi dari ternak dapat meningkat sehingga dapat diterapkan
system pemberdayaan usaha peternakan sapi, seperti pengembangan pembibitan, pos
kesehatan hewan, manajemen dan pemasaran produk peternakan.
3.
Jangka Panjang
Pada
tahap jangka panjang yaitu pengembangan industri pertanian berbasis peternkaan
dan perkebunan. Jangka panjang ini dapat tercapai apabila jangka pendek dan
jangka menengah sudah terlaksana dengan baik yaitu dengan membentuk suatu
system kawasan peternakan/perkebunan dengan system pemberdayaan usaha yang
memadai. Sistem industri pertanian ini tentu saja membutuhkan modernisasi
pertanian (peternakan), untuk itu diperlukan pengembangan manajemen profesional
yang melibatkan petani sebagai subyeknya. Pada saat yang bersamaan
dikembangkan juga 6 teknologi tepat guna, misalnya teknologi transportasi,
pengolahan limbah dan kotoran ternak, teknologi pemotongan ternak dan
lain-lain. Agar modernisasi pertanian dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya maka pemberdayaan petani menjadi mutlak dilakukan, yaitu upaya
meningkatkan kemampuan petani dalam usaha budidaya pertaniannya yang
berorientasi agribisnis.
2.6 Sistem Integrasi
di Perkebunan Rakyat dan Swasta
Integrasi
merupakan suatu usaha peternakan sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit yang
saling berhubungan dan menjadi alternative usaha cow-self operation. Apabila
perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat yang ada di provinsi Bengkulu maka
akan mengurangi ketergantungan Provinsi Bengkulu pada sapi impor. Sistem
intregrasi sapi-sawit sangat berpeluang untuk dikembangkan di provinsi
Bengkulu. Kelapa sawit telah berkembang di kalangan petani (rakyat) yang
sebagian besar ditanam di lahan kering Podsolid Merah Kuning (PMK). Luas area
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 38.336 ha dan Tanaman Menghasilkan (TM)
mencapai 45.873 ha. Peta sebaran luas pertanaman sawit rakyat di Provinsi
Bengkulu terdapat di empat kecamatan yaitu di Kecamatan Giri Mulya dan Teras
Terunjam, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kecamatan Talo serta Kecamatan Sukaraja,
Model Sistem Terpadu pada perkebunan rakyat di Bengkulu disesuaikan dengan rata-rata
kepemilikan lahan sawit per keluarga. Pada saat ini, kepemilikan lahan sawit
rakyat rata–rata adalah 2 ha untuk tanaman yang menghasilkan dan 1 ha untuk
tanaman yang belum menghasilkan. Dengan luas lahan 3 ha maka jumlah sapi yang
dibutuhkan untuk integrasi adalah 3 ekor terdiri atas 1 ekor sapi jantan untuk
pengangkut TBS dan 2 ekor sapi betina untuk perkembangbiakan. Apabila sistem
integrasi tersebut dapat terlaksana dengan baik maka masyarakat akan
mendapatkan sumber pendapatan tambahan
seperti hasil penjualan sapi, pupuk anorganik dari sapi, pengurangan biaya
angkut TBS yang diganti dengan sapi dan rumput dan gulma yang tumbuh di sekitar
sawit karena dimakan oleh ternak.
2.7 Manfaat dan
Keuntungan Sistem Integrasi Sapi-Perkebunan Sawit.
Pengembangan rencana strategi integrasi peternakan
dan perkebunan di provinsi Bengkulu antara perkebunan sawit dan sapi memiliki
prospek yang sangan baik untuk di kembangkan. Dimana dengan memanfaatkan ternak
maka dapat mengurangi tenaga kerja manusia dalam mengangkut hasil panen TBS. Sebelum
menerapkan sistem integrasi, pada areal kebun 5000 ha dibutuhkan tenaga kerja
panen sebanyak 600 orang, namun dengan sistem integrasi hanya diperlukan
pemanen sebanyak 400 orang (Sitompul, 2003). Sehingga tenaga kerja yang di
perlukan untuk seluas 84.409 ha yaitu 10.169 orang dan bila mnerapkan sistem
ini hanya memperkerjakan 6.752 orang ini tentu sudah membuat efek yang
signifikan dalam segi menghemat tenaga kerja. Apabila dalam sebulan tenaga
kerja dibayar Rp. 1.000.000,- maka sudah
menghemat Rp. 3.417.039.036,-/bulan. Efisiensi penggunaan pupuk ternak sapi
akan meningkat pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk kandang bagi perkebunan
sawit. Dimana 1 ekor ternak ternak diasumsikan berat 250 kg dan dan dalam
sehari dapat menghasilkan 6,6% dari berat badan dalam sehari. Maka kita dapat
mengetahui bahwa akan menghasilkan 4.178.246 kg feses per harinya. Keuntungan
yang diperoleh petani Sistem Terpadu akan bertambah bila diperhitungkan
penghematan dalam pemakaian pupuk kandang untuk sawit dan pemanfaatan limbah
sawit untuk pakan sapi. Hal ini menunjukan adanya efisiensi pemupukan dan biaya
pakan sapi (Gunawan et al.,
2004).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam pembuatan
sistem integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit yaitu :
·
Dapat mendukung
pengembangan ternak sapi potong agar dapat memenuhi kebutuhan daging di
provinsi Bengkulu.
·
Dengan
pengembangan rencana strategis integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit
terbukti mapu memberikan penghasilan tambahan dari efek positif sistem
integrasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Provinsi
Bengkulu. 2002. Rencana Strategis Pembangunan Provinsi Bengkulu
Dinas Perkebunan provinsi Bengkulu.
2013. Data Statistik Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Besar Swasta menurut Lokasi, Komoditi dan Keadaan Tanaman. Bengkulu
Besar Swasta menurut Lokasi, Komoditi dan Keadaan Tanaman. Bengkulu
Dinas Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu. 2004. Prospek Pengembangan
Sapi Potong di Propinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi
Bengkulu. Bengkulu. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004
Sapi Potong di Propinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi
Bengkulu. Bengkulu. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004
Gunawan, B. Hermawan, Sumardi
Dan E.P. Praptanti. 2004. Keragaan Model Pengembangan
Integrasi Sapi–Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak di Denpasar, Bali
pada Tanggal 20–22 Juli 2004.
Integrasi Sapi–Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak di Denpasar, Bali
pada Tanggal 20–22 Juli 2004.
Diwyanto, K., D. Sitompul, I.
Manti, I.W. Mathius dan Soentoro. 2003. Pengkajian
Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Prosiding Lokakarya
Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Bengkulu, 9–10 September
2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT.
Agricinal.
Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Prosiding Lokakarya
Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Bengkulu, 9–10 September
2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT.
Agricinal.
LAMPIRAN
Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Bengkulu
(2010-2015)
Tabel 2. Populasi ternak ruminansia di Propinsi Bengkulu
Sumber:
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Propinsi Bengkulu (2004) Lokakarya
Nasional Sapi
Potong 2004
Tabel 3. Data Statistik Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Besar Swasta menurut Lokasi, Komoditi dan Keadaan Tanaman di Provinsi Bengkulu
2013
Tabel 4. Pemanfaatan lahan di Propinsi Bengkulu dan luasnya
No comments:
Post a Comment