LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Nama : M Inggit Fauzi
Npm : E1C013042
Prodi : Peternakan
Kelompok :1
Hari/jam : Rabu / 08.00-10.00
Tanggal : 27 November 2013
Ko-Ass : - Al-arbi
- Irma Hartati
Dosen : Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : ANALISA KUALITAS AIR
Npm : E1C013042
Prodi : Peternakan
Kelompok :1
Hari/jam : Rabu / 08.00-10.00
Tanggal : 27 November 2013
Ko-Ass : - Al-arbi
- Irma Hartati
Dosen : Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : ANALISA KUALITAS AIR
Laboratorium Teknologi
Industri Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air merupakan fasa cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh
dua bagian berat hidrogen
dan 16 bagian berat oksigen,di dalam air itu terkandung pula sejumlah kecil air
berat, gas dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan.
Kualitas air secara luas diartikan setiap faktor fisika, kimiawi dan
biologi yang mempengaruhi manfaat penggunaan air bagi manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Secara umum, parameter
kualitas air dapat digolongkan kedalam 3 faktor besar yaitu : 1. Faktor fisika seperti suhu, kecepatan arus, dan kekeruhan.
2. Faktor kimia seperti
pH, CO2, dan alkalinitas.
3. Faktor biologi
seperti keberadaan plankton, benthos, dan makrofita.
Oksigen adalah salah
satu gas yang ditemukan terlarut pada perairan. Kadar oksigen terlarut di
perairan bervariasi bergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfir. Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam kehidupan
organisme.
Karbondioksida
bebas merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air-renik maupun
tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Karbondioksida bebas juga termasuk
salah satu gas yang terdapat di dalam air yang dapat meracuni kehidupan ikan
dan hewan-hewan air lain.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mampu menguji atau
menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia
secara kualitatif dan kuantitatif.
secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Mahasiswa mampu mengetahui kandungan
dari air keran dan air sawah.
BAB
II
Tinjauan Pustaka
Secara umum, parameter kualitas air dapat
digolongkan kedalam 3 faktor besar yaitu faktor fisika
seperti suhu, kecepatan arus, dan kekeruhan. Faktor kimia
seperti pH, CO2, dan alkalinitas. Faktor biologi
seperti keberadaan plankton, benthos, dan makrofita(Sedana, 1996).
Oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan terlarut pada perairan. Kadar
oksigen terlarut di perairan bervariasi bergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfir (Effendi,2000).
Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam kehidupan
organisme. Setiap organisme membutuhkan oksigen untuk respirasi dan digunakan
dalam proses metabolisme (Sehada, 1996).
Kandungan oksigen terlarut alami suatu perairan
sangat menentukan penyebaran hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Pada perairan
yang kandungan oksigen terlarutnya rendah, biasanya hanya dihuni oleh beberapa
spesies tertentu (Nurdin, 1999).
Kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu
kehidupan di air. Kehidupan dapat bertahan jika oksigen terlarut minimal 5 mg
oksigen terlarut setiap liter air (5 mg/L), selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, kehadiran pencemar dan suhu air (Nurdin, 1999).
bebas
sebesar 12 mg/L menyebabkan stres pada ikan, pada kandungan 30 mg/L beberapa
ikan mati dan pada kandungan 100 mg/L hampir semua organisme mati (Nurdin, 1999).
Pada umumnya, perairan alami mengandung CO2 bebas
> 2 mg/L yang pada konsentrasi tinggi dapat beracun, karena keberadaannya
dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.(Zonnevell, 1991).
Pola temparatur
ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan
yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi
oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air
terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
BAB
III
Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
1. Gelas ukur
2. Pipet tets
3. Pipet volume
4. Lampu sepiritus.
5. Batang pengaduk
6. Penjepit tabung reaksi
7. Erlenmeyer
8. Termometer
9. Tabung reaksi+rak
10. Botol semprot
11. Air keran
12. Air sawah
3.2 Cara Kerja
·
Suhu/tempelatur
1. Siapkan sampel.
2. Celupkan pengukur
suhu(termometer) ke dalam sampel, pastikan tangan tidak
bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
3. Baca angka yang tertera pada
alat tersebut.
·
Zat padat terlarut dan
zat padat tersuspensi
1. Ambil sampel sebanyak 100 ml
dengan gelas ukur dan tuangkan ke dalam gelas
piala dan panaskan.
piala dan panaskan.
2. Perhatikan, apakah sampel ada
yang keruh ataukah ada yang mengendap!
3. Jika sampel menjadi keruh
berarti ada zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi
endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.
endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.
·
Warna
1. Ambil sampel ke dalam tabung
reaksi sebanyak kurang lebih ¾ dari volume tabung reaksi.
2. Bandingkan warnanya dengan
larutan standar yang telah disediakan.
·
Amoniak (NH3)
1. Masukkan 10-15 ml sampel ke
dalam tabung reaksi.
2. Lipatkan kertas lakmus merah di
mulut tabung reaksi.
3. Panaskan diatas lampu sepiritus.
4. Amati sampel, apakah tercium
bauk tengik atau tidak.
5. Sampel mangandung amoniak jika
tercium bau tengik atau lakmus merah berubah
menjadi warna biru.
menjadi warna biru.
BAB
IV
Hasil Pengamatan
NO
|
Parameter
|
Hasil Pengamatan
|
|
Air Keran
|
Air sawah
|
||
1
|
Suhu
|
25,50
C
|
260
C
|
2
|
Zat
padat terlarut
|
Air
tidak terdapat endapan dan warna putih bening. Jadi, tidak termasuk zat padat
terlarut.
|
Air
terdapat endapan dan berwarna kekuning-kuningan.
|
3
|
zat
padat tersuspensi
|
Air
keran tidak terdapat endapan. Jadi, air keran termasuk tidak tersuspensi.
|
Terdapat
endapan. Jadi, air sawah termasuk tersuspensi.
|
4
|
Warna
|
Bening
dan jernih
|
Kekuning-kuningan
|
5
|
Amoniak
|
Tidak
berbau
|
Berbau
tengik(terdapat amoniak)
|
BAB
V
Pembahasan
Berdasarkan hasil
percobaan yang kami lakukan yang pertama yaitu kami mengamati suhu yang
terdapat di air keran dan air sawah. Dari percobaan tersebut kami mendapatkan
hasil yaitu air keran mempunyai suhu 25,50 C dan air rawa mempunyai
suhu sebesar 26 0 C.
Percobaan kami yang ke dua yaitu
tentang zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Dimana jika air keran dan
air sawah berubah menjadi keruh maka ada zat padat terlarut, sedangkan jika
terjadi endapan berarti air tersebut mengandung zat padat tersuspensi. Pada
data pengamatan zat padat terlarut air keran tidak terdapat endapan dan warna
berwana putih bening dan pada air sawah air terdapat endapan dan berwarna
kekuning-kuningan. Pada data pengamatan zat padat tersuspensi kami memperoleh
data bahwa air keran tidak terdapat endapan, jadi air keran termasuk zat tidak
tersuspensi, sedangkan pada air sawah terdapat endapan, jadi air sawah termasuk
dalam zat padat tersuspensi.
Percobaan kami yang ketiga yaitu
tentang menentukan warna dari air keran dan air dari perbandingan warnanya
dengan larutan standar yang telah disediakan. Pada hasil kami pengamatan bahwa
air keran berwarna bening dan jernih, sedangkan warna air sawah berwarna
kekuning-kuningan.
Percobaan kami yang keempat yaitu
tentang amoniak. Kita telah mengetahui bahwa bila dalam percobaan objek
pengamatan tercium bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi warna biru maka
di objek tersebut mengandung amoniak. Pada air keran tidak berbau jadi tidak
mengandung amoniak, sedangkan pada air sawah berbau tengik jadi air sawah
mengandung amoniak.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kami dapat mengetahui suhu yang ada di
air keran dan air sawah.
2. Kami dapat mengetahui bahwa air sawah
termasuk dalam zat padat terlarut dan zat
padat tersuspensi.
padat tersuspensi.
3. Dalam menentukan warna air sumur
berwarna bening sedangkan air sawah berwarna
kekuning-kuningan.
kekuning-kuningan.
4. Objek yang mengandung amoiak adalah
hanya air sawah saja.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan harus bisa memanfaatkan waktu
yang telah ditentuka, agar data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus,
T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan
Effendi, H. 2001.
Telaahan Kualitas Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor. 257 hal.
Nurdin, S., 1999. Kumpulan Bahan Pelatihan
Sampling Kualitas Air di Perairan Umum.
Laboratorium Fisiologi Lingkungan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Laboratorium Fisiologi Lingkungan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru. 131 hal.
Sedana, I. P., S.
Hasibuan dan Syafriadiman , 2001. Pengelolaan Kualitas Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru, 50 hal (tidak diterbitkan)
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru, 50 hal (tidak diterbitkan)
Zonnevell, N., E. A.
Huisman dan J. H. Brown, 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 336 hal.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 336 hal.
No comments:
Post a Comment