LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Nama
: M Inggit Fauzi
Npm : E1C013042
Prodi : Peternakan
Kelompok :1
Hari/jam : Rabu / 08.00-10.00
Tanggal : 13 November 2013
Ko-Ass : - Al-Arbi
- Irma Hartati
Dosen : Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : TITRASI ASAM DAN BASA
Npm : E1C013042
Prodi : Peternakan
Kelompok :1
Hari/jam : Rabu / 08.00-10.00
Tanggal : 13 November 2013
Ko-Ass : - Al-Arbi
- Irma Hartati
Dosen : Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : TITRASI ASAM DAN BASA
Laboratorium Teknologi Industri
Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metoda
untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi
asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi
yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi
yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya
dibahas tentang titrasi asam basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya
disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan
zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga
titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat
ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri
adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan
pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia.
Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari
perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan
berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik
untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah
diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan
basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik
akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan kami melakukan
praktikum ini adalah :
1.
Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang
mengandung asam.
mengandung asam.
2.
Mahasiswa mampu menstandari larutan.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
Standarisasi
dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi
suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya
(larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan
reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa
ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam
atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).
Pada saat terjadi perubahan warna
indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik
ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan
basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan
indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi
(Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu
larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan
standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat
terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan
yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut
standar primer (Sukmariah, 1990).
Zat yang digunakan untuk larutan
standar primer, harus memenuhi persyaratan berikut:
1.Mudah diperoleh dalam bentuk
murni maupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
kemurniannya.
2.Harus stabil.
3.Zat
ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Larutan yang mempunyai konsentrasi
molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang
melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume
larutan itu, dimana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan
tepat dari hubungan dasar berikut ini:
Mol = liter x konsentrasi molar
atau:
Mmol = ml x konsentrasi molar
Perhitungan-perhitungan stokiometri
yang melibatkan larutaan yang diketahui molaritasnya bahkan lebih sederhana
lagi. Dengan devinisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi dengan tepat
satu sama lain bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama. Dalam
hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama,
demikian juga kedua volume (Brady, 1990).
Analisis kimia yang diketahui
terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif memberikan informasi mengenai apa saja yang menjadi komponen
penyusun dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif memberikan
informasi mengenai beberapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel.
Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya
senyawa dalam sampel. Analisis kuantitatif konvensional yang paling sering
diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan
menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang
diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang
didasarkan pada terjadinya reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar
disebut analisis asidi alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan
adalah suatu larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalahh
analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan
standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri. Konsentrasi
larutan asam basa sering menggunakan satuan kemolaran (M), maka rumusan itu
dapat diubah. Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah mengalikan
valensi (n) asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu kenormalan
ke satuan kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa.
Konversi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan rumus :
VA . MA . nA =
VB . MB . nB
Keterangan :
VA =
Volume sebelum pengenceran
MA =
Molaritas sebelum pengenceran
VB =
Volume setelah pengenceran
MB =
Molaritas setelah pengenceran
nA =
Valensi asam
nB =
Valensi basa (Keenan, 1991).
Analisis kimiawi menetapkan
komposisi kuantitatif dan kualitatif suatu materi. Konstituen-konstituen yang
akan didereksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, rasikal, gugus
fungsi, senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut aspek analisis yang lebih
sempit. Analisis pada umumnya terdiri atas analisis kualitatif dilakukan
sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis kuantitatif
adalah dengan usaha mendapatkan sampel, mengubahnya menjadi keadaan
yang dapat terukur, pengukuran konstituen yang dikehendaki, dan yang terakhir
perhitungan dan interprestasi data numerik (Khopkar, 1990).
Istilah analisis titrametri mengacu
pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu
larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan ditetapkan. Larutan
dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan
standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang digunakan
dan hukum-hukum stokiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang analisis
volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena
yang terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang
disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti
yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu
disebut titran, dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat (Khopkar, 1990).
Suatu reaksi dapat digunakan
sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan berikut:
1.
Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu
yang
tidak terlalu lama.
tidak terlalu lama.
2.
Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan
yang pasti dalam reaktan.
yang pasti dalam reaktan.
3.
Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4.
Mempunyai massa ekuivalen yang besar (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri lebih
mudah jika kita memahami sistem ekuivalen (larutan normal) sebab pada titik
akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekuivalen zat
penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:
1.
Asidi dan alkalimetri
2.
Oksidimetri
3.
Argentometri
Asidimetri adalah yang diketahui
konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah
konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah:
1. Titrasi asam dengan basa kuat
Diakhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.
Misal:
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misal :
asam asetat dengan NaOH.
asam asetat dengan NaOH.
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.
Misal : NH4Cl dan HCl
Misal : NH4Cl dan HCl
4. Titrasi asam lemah dan basa
lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Misal : asam asetat dan NH4OH
Misal : asam asetat dan NH4OH
Peningkatan kadar logam berat dalam
air laut akan diikuti peningkatan kadar logam berat dalam biota laut yang pada
gilirannya melalui rantai makanan akan menimbulkan keracunan akut dan khronik,
bahkan bersifat karsinogenik pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi
Serapan Atom (SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran
Suraba ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari
Pantai Keputih Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian
lain yang dilakukan dengan metode yang sama oleh Moesriati (1995) terhadap
beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan bahwa
kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm (Sukmariah,
1990).
BAB
III
Metodologi
3.1
Alat dan Bahan
1.
NaOH 0,1 M
2. HCl 0,1 M
3. H2C2O4
4. Indikator penolphetalin
5. Erlenmeyer
6. Buret 50 mL
7. Statif dan klem
8. Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
9. Corong kaca
3.2
Cara Kerja
·
Standarisasi larutan
NaOH 0,1 M
Cara kerja :
1. Cuci 3 erlenmeyer,
pipet 10 mL larutan asam oksanat 0,1 M dan masukkan ke
dalam setiap erlenmeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 3
tetes indikator penolphtalein (PP).
dalam setiap erlenmeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 3
tetes indikator penolphtalein (PP).
2. Alirkan larutan NaOH
yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyangkan.
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyangkan.
3. Catat volume NaOH
yang terpakai.
4. Ulangi dengan cara
yang sama untuk erlenmeyer II dan III.
5. Hitung molaritas (M)
NaOH.
·
Penentuan konsentrasi
HCl
1. Cuci 3 erlenmeyer,
pipet 10 Ml larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam setiap
erlenmeyer.
erlenmeyer.
2. Tambahkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator phenolphtalein
(PP).
(PP).
3. Alirkan larutan NaOH
yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyangkan.
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyangkan.
4. Catat volume NaOH
yang terpakai.
5. Ulangi dengan cara
yang sama untuk erlenmeyer II dan III.
6. Hitung molaritas (M)
HCl.
BAB
IV
Hasil
Pengamatan
·
Standarisasi NaOH
dengan larutan oksanat
No
|
Prosedur
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Volume larutan asam oksanat 0,1 M
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
2
|
Volume NaOH terpakai
|
20 mL
|
19,8 mL
|
19,7 mL
|
19,8 mL
|
3
|
Molaritas (M) NaOH
|
0,05 M
|
0,05 M
|
0,05 M
|
0,05 M
|
·
Standarisasi HCl dengan
larutan HCl
No
|
Prosedur
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Volume larutan HCl
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
2
|
Volume NaOH terpakai
|
25 mL
|
25 mL
|
12 mL
|
20,6 mL
|
3
|
Molaritas (M) NaOH
|
Berdasarkan hasil percobaan diatas
|
0,05 mL
|
||
4
|
Molaritas (M) larutan HCl
|
0,04 mL
|
0,04 mL
|
0,08 mL
|
0,05 mL
|
BAB
V
Pembahasan
Faktor
yang mempengaruhi terjadinya kesalahan adalah :
1. Kebocoran buret.
2. Kesalahan pada saat penimbangan
HCl.
3. Kesalahan penglihatan pada saat
pengukuran vollume pada buret.
4. Kesalahan mengamati perubahan
warna.
·
Standarisasi
NaOH dengan larutan asam oksalat.
Reaksi yang
terjadi antara NaOH dengan asam oksalat adalah sebagai berikut :
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indikator
yang digunakan adalah penolftalein atau PP 1 % ,pada saat indikator ditambahkan
warna larutan tetap bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 20 mL larutan
berubah menjadi warna pink atau merah muda. Begitupun seterusnya. Perubahan
warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai
indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna
pada range pH yang berbeda. Indikator penolftalein adalah indikator yang dibuat
dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol.
Dari
hasil praktikum,di dapatkan Moralitas NaOH melalui perhitungan sebagai berikut:
Moralitas
NaOH pada percobaan I : Molaritas
NaOH pada percobaan III :
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
10,0,1=20.M2 10.0,1
= 19,7.M2
0,05 = M2 0,05 = M2
Moralitas
NaOH pada percobaan II:
V1.M1 =V2.M2
10.0,1 = 19,8.M2
0,05 = M2
Jadi Moralitas
rata-rata NaOH aadalah sebagai berikut:
0,05 M + 0,05 M + 0,05 M =
= 0,05
M
Jadi kadar
NaOH pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,05 M .
·
Standarisasi
NaOH dengan larutan HCl
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan HCl adalah
sebagai berikut :
Pada standarisasi NaOH terhadap HCl indicator yang
digunakan adalah penolftalein atau PP 1 % ,pada saat indicator ditambahkan
warna larutan tetap bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 20 ml larutan
berubah menjadi warna pink atau merah muda. Begitupun seterusnya. Perubahan
warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai
indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna pada
range pH yang berbeda. Indicator penolftalein adalah indicator yang dibuat
dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol. Larutan yang terbentuk
ketika NaOH dan HCl dicampurkan adalah garam dan air.
Dari
hasil praktikum,di dapatkan Moralitas HCl melalui perhitungan sebagai berikut :
Moralitas
HCl pada percobaan I : Moralitas
HCl pada percobaan I
V1.M1=V2.M2 V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2 10.0,1=12.M2
0,04=M2 0,08
= M2
Moralitas
HCl pada percobaan II :
V1.M1=V2.M2
10.0,1=25.M2
0,04=M2
Jadi
Moralitas rata-rata HCl aadalah sebagai berikut:
0,04 M + 0,04M + 0,08 M =
= 0,053 M
Jadi kadar
HCl pada proses titrasi yang dilakukan adalah sebanyak 0,053 M .
BAB
VI
Penutup
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari
praktikum yang kami lakukan adalah :
1. Untuk
mengetahuikadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar suatu larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui
kadarnya.
larutan basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar suatu larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui
kadarnya.
2. Pada
standarisasi larutan NaOH terhadap asam oksalat dan NaOH terhadap HCl
indicator yang digunakan adalah penolphtalein atau PP 1 % sebanyak 3 tetes,
dengan demikian didapat bahwa molaritas NaOH yang terpakai sebanyak 0,05 M
dan molaritas HCl sebanyak 0,05 M.
indicator yang digunakan adalah penolphtalein atau PP 1 % sebanyak 3 tetes,
dengan demikian didapat bahwa molaritas NaOH yang terpakai sebanyak 0,05 M
dan molaritas HCl sebanyak 0,05 M.
6.2 Saran
Setiap kita melakukan praktikum harus dilakukan dengan
hati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
BAB
VI
Jawaban
Pertanyaan
·
Pernyataan
1.
Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen ?
2.
Jelaskan dengan singkat fungsi indikator ?
3.
Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak di tambah dengan indikator
?
4.
Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi di atas ?
5.
Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder ?
6.
Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi ?
·
Jawaban
1. Caranya agar titik akhir titrasi
mendekati titik ekivalen adalah :
1.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH.
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH.
2. Indikator adalah suatu zat
penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa,atau
netral melampirkan beberapa indikator dan
perubahannya pada trayek pH
tertentu.
tertentu.
Fungsi indikator yaitu :
1.Untuk mengetahui berapa kira-kira
pH suatu larutan.
2.Untuk
mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapa senyawa organik dan
senyawa anorganik.
senyawa anorganik.
3.
Tidak,
karena tidak akan terjadi perubahan warna pada reaksi, karena larutan tidak
ditambah dengan indikator.
ditambah dengan indikator.
4. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam
oksalat adalah sebagai berikut :
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
Reaksi yang terjadi antara NaOH
dengan HCl adalah sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
5. a.Larutan
standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses
pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain
ntuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, contoh larutan standar primer
padapercobaan ini adalah asam oksalat.
pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain
ntuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, contoh larutan standar primer
padapercobaan ini adalah asam oksalat.
b.Larutan standar sekunder adalah larutan
yang dipergunakan untuk
menstandarisas / menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasiyang sebenarnya, contohnya
pada percobaan ini adalah NaOH.
menstandarisas / menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasiyang sebenarnya, contohnya
pada percobaan ini adalah NaOH.
6. Reaksi
asam basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi kompleks.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady,
J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas
dan Struktur Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Keenan,
Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia
Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.
Khopkar,
S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sukmariah.
1990. Kimia Kedokteran Edisi 2.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Syukri.
1999. Kimia Dasar 2. Bandung,
ITB.
Moralitas?
ReplyDeletemolaritas
Deletemakasih banyak gan,
ReplyDeletesaya juga punya laporan nih ...
saya juga bahas mengenai laporan praktikum
Laporan Praktikum